Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Tengah "Lockdown" Virus Corona, Warga Italia Bernyanyi untuk Menggugah Semangat

Kompas.com - 14/03/2020, 20:21 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

ROMA, KOMPAS.com - Ada pemandangan menarik di Italia di tengah lockdown (penutupan) yang dilakukan pemerintah untuk memerangi virus corona.

Warganya di seantero negeri terekam bernyanyi untuk mengunggah semangat, setelah kehidupan sehari-hari mereka terpaksa dibatasi.

Sebuah video yang diunggah akun Twitter @valemercurii memperlihatkan harmoni merdu yang diperdengarkan penduduk di Sienna, kota di Region Tuscany.

Baca juga: Pejabat China: Militer AS Bawa Virus Corona ke Wuhan

"Orang-orang di kampung halamanku menyanyikan lagu populer dari rumah mereka di antara sepinya jalan untuk menenteramkan hati selama Covid-19," ujar valemercurii.

Dilansir The Guardian Sabtu (14/2/2020), baik pria maupun perempuan bernyanyi Canto della Verbena (Sementara Sienna Terlelap) yang adalah lagu patriotik.

Suara merdu lain datang kota Naples, orang-orang di sana mendendangkan lagu milik penyanyi pop Andrea Sannino, Abbracciami.

Sementara kota pelabuhan Salerno, yang berada di selatan Italia, warga setempat menyanyikan lagu kebangsaan mereka, Fratteli d'Italia.

Warga Negeri "Pizza" juga meningkatkan moral mereka selama masa "lockdown" virus corona dengan membentangkan slogan Andrà tutto bene (Segalanya bakal baik-baik saja).

Ada juga yang menuliskan sebuah frasa dalam bahasa Kanton, jiayou yang artinya "jangan menyerah" atau "bertahanlah" sejak wabah menyebar.

Aksi itu mendapat tanggapan dari netizen, di mana mereka juga mengunggah pesan dari China sebagai bentuk solidaritas terhadap Italia.

Antara lain yelyel jiayou yang dikumandangkan oleh Wuhan, kota tempat patogen itu pertama terdeteksi, di mana mereka meneriakkannya dari balkon apartemen.

Baca juga: Update Virus Corona 12 Maret: WHO Umumkan Wabah Dunia | Perawat Italia Perlihatkan Kondisinya

Kalimat itu kemudian digunakan pemerintah setempat menjadi moto. Namun lebih dari itu, kalimat tersebut merupakan pesan solidaritas di tengah karantina.

Berbagai bukti menunjukkan bahwa China sudah melewati masa puncak virus tersebut, di mana pada Sabtu (14/3/2020), komisi kesehatan setempat melaporkan 11 kasus dan 11 korban meninggal.

Begitu juga dengan Korea Selatan. Negeri "Ginseng" mengonfirmasi 107 kasus, dengan dua hari beruntun jumlah yang sembuh melebihi kasus baru.

Adapun di seluruh dunia, virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 tersebut sudah menjangkiti 147.000 orang, dengan lebih dari 100 negara melaporkan kasus positif.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (11/3/2020), mengumumkan virus corona merupakan pandemi global, dan membutuhkan kerja sama seluruh dunia untuk memeranginya.

Baca juga: Cerita Dokter Ai Fen di Wuhan yang Dibungkam karena Bagikan Informasi soal Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Soal Larangan Ukraina Pakai Senjata Barat untuk Serang Wilayah Rusia, Ini Kata AS

Soal Larangan Ukraina Pakai Senjata Barat untuk Serang Wilayah Rusia, Ini Kata AS

Global
Putusan Mahkamah Internasional Tak Mampu Hentikan Operasi Militer Israel di Rafah

Putusan Mahkamah Internasional Tak Mampu Hentikan Operasi Militer Israel di Rafah

Internasional
Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Global
[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

Global
Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com