Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/02/2024, 18:06 WIB
Krisda Tiofani,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Stunting merupakan gangguan pertumbuhan anak yang menyebabkan tinggi badan dan berat badannya tidak seideal anak-anak lainnya.

Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak RS Pondok Indah, Radhian Amandito menuturkan bahwa pencegahan stunting bisa dilakukan dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) sejak dalam kandungan.

"Kalau stunting terjadi setelah usia anak dua tahun, sudah susah untuk mengembalikannya," ujar Radhian dalam acara 'Ngobrolin Pilihan Susu' Greenfields pada Kamis (1/2/2024).

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Foodplace (@my.foodplace)

Terlebih, menurut Radhian, kasus stunting masih banyak terjadi di kota besar, padahal sudah ada berbagai informasi soal pencegahan stunting.

Baca juga: Makan Siang Tidak Efektif Atasi Stunting, Harus dari Kandungan

"Paling bagus memang kita berpatokan pada suatu lembaga, misalnya dari Kementerian Kesehatan atau Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)," kata Radhian.

Susu bisa mencegah stunting

Informasi pencegahan stunting yang beragam, juga diikuti dengan banyaknya rekomendasi makanan untuk mencegah masalah pertumbuhan ini.

Susu, misalnya. Ada aneka jenis susu untuk anak hingga dewasa, tetapi tidak semuanya aman dikonsumsi anak usia dua tahun ke bawah.

"(Susu) bisa banget (mengatasi stunting) dengan pemberian minimal 250 mililiter per hari karena kandungan proteinnya mencapai delapan gram," kata Radhian.

Baca juga: Disinggung Saat Debat Pilpres, Apa Beda Stunting dan Gizi Buruk?

Ia membandingkan jumlah protein susu tersebut dengan makanan lainnya, seperti tempe dengan lima gram protein dan 75 gram daging ayam yang mengandung delapan gram protein.

Radhian menambahkan, susu segar bisa diberikan dari usia enam bulan, tetapi bukan berarti dalam bentuk pure diminum karena kandungannya belum mencukupi. Selama usia anak masih di bawah satu tahun, sebaiknya berikan ASI dan makanan lengkap.

Susu segar bisa ditambahkan ke dalam kue, puding, atau camilan anak lainnya untuk memenuhi kebutuhan kalori.

Ada beberapa produk minuman fortifikasi yang bisa menjadi pilihan makanan mengandung vitamin D, termasuk susu sapi.FREEPIK/JCOMP Ada beberapa produk minuman fortifikasi yang bisa menjadi pilihan makanan mengandung vitamin D, termasuk susu sapi.

Bila anak sudah berusia satu tahun ke atas, baru boleh mengonsumsi susu segar langsung tanpa diolah menjadi makanan pendamping ASI (ASI).

"Susu segar cukup stabil untuk diterima oleh bayi karena tidak terlalu banyak bakteri, bahkan tidak ada yang patogen, dan kandungan nutrisinya masih terjaga," kata Radhian.

Sementara itu, raw milk atau susu murni dianggap memiliki kemungkinan besar terkontaminasi selama disimpan. Juga susu ultra-high temperature (UHT) diproses dengan suhu tinggi yang membuat kandungan nutrisinya tidak lengkap.

Misalnya, kalsium dan laktoferin yang bisa hilang dalam proses pemanasan susu dengan suhu tinggi.

Baca juga: Mengapa Makin Tua Jadi Laktosa Intoleran

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com