Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Minum Susu Bisa Cegah Stunting?

KOMPAS.com - Stunting merupakan gangguan pertumbuhan anak yang menyebabkan tinggi badan dan berat badannya tidak seideal anak-anak lainnya.

Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak RS Pondok Indah, Radhian Amandito menuturkan bahwa pencegahan stunting bisa dilakukan dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) sejak dalam kandungan.

"Kalau stunting terjadi setelah usia anak dua tahun, sudah susah untuk mengembalikannya," ujar Radhian dalam acara 'Ngobrolin Pilihan Susu' Greenfields pada Kamis (1/2/2024).

"Paling bagus memang kita berpatokan pada suatu lembaga, misalnya dari Kementerian Kesehatan atau Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)," kata Radhian.

Susu bisa mencegah stunting

Informasi pencegahan stunting yang beragam, juga diikuti dengan banyaknya rekomendasi makanan untuk mencegah masalah pertumbuhan ini.

Susu, misalnya. Ada aneka jenis susu untuk anak hingga dewasa, tetapi tidak semuanya aman dikonsumsi anak usia dua tahun ke bawah.

"(Susu) bisa banget (mengatasi stunting) dengan pemberian minimal 250 mililiter per hari karena kandungan proteinnya mencapai delapan gram," kata Radhian.

Ia membandingkan jumlah protein susu tersebut dengan makanan lainnya, seperti tempe dengan lima gram protein dan 75 gram daging ayam yang mengandung delapan gram protein.

Radhian menambahkan, susu segar bisa diberikan dari usia enam bulan, tetapi bukan berarti dalam bentuk pure diminum karena kandungannya belum mencukupi. Selama usia anak masih di bawah satu tahun, sebaiknya berikan ASI dan makanan lengkap.

Susu segar bisa ditambahkan ke dalam kue, puding, atau camilan anak lainnya untuk memenuhi kebutuhan kalori.

Bila anak sudah berusia satu tahun ke atas, baru boleh mengonsumsi susu segar langsung tanpa diolah menjadi makanan pendamping ASI (ASI).

"Susu segar cukup stabil untuk diterima oleh bayi karena tidak terlalu banyak bakteri, bahkan tidak ada yang patogen, dan kandungan nutrisinya masih terjaga," kata Radhian.

Sementara itu, raw milk atau susu murni dianggap memiliki kemungkinan besar terkontaminasi selama disimpan. Juga susu ultra-high temperature (UHT) diproses dengan suhu tinggi yang membuat kandungan nutrisinya tidak lengkap.

Misalnya, kalsium dan laktoferin yang bisa hilang dalam proses pemanasan susu dengan suhu tinggi.

"Laktoferin ini berperan baik untuk pencernaan dan sistem imun anak. Kembali lagi, mikronutrien susu itu juga penting," kata Radhian. 

Menurut Radhian, kebutuhan kalori anak usia 6-24 bulan berkisar 1.000 kkal agar bisa tumbuh dan beraktivitas normal.

"Protein susu segar sudah sangat mencukupi bagi anak yang secara umum sehat untuk mencegah stunting," kata Radhian.

Namun demikian, susu segar tetap tidak disarankan untuk anak yang mengalami laktosa intoleran.

Susu tidak boleh dijadikan pengganti makanan

Meskipun minum susu bisa mencegah stunting, minuman ini tidak bisa dijadikan pengganti makanan penuh bagi anak.

"Secara umum (mengganti susu dengan makanan) tidak boleh karena dalam makanan ada komposisi protein, lemak, dan lainnya," tutur Radhian.

"Ketika kita memberikan lebih banyak susu, mungkin yang banyak didapat adalah proteinnya," tambah dia.

Bila terjadi kondisi anak sulit mengonsumsi makanan, sebaiknya cek apakah sedang mengalami gerakan tutup mulut (GTM).

Radhian mengatakan, susu boleh saja dijadikan pengganti minuman selama 1.000 HPK, tetapi tidak dengan makanan.

  • 5 Makanan Susu Fermentasi Berikut ini Baik untuk Kesehatan
  • 5 Cara Membuat Whipped Cream Pakai Susu, Bikin Mudah di Rumah

"Susu mengandung laktosa dan menjadi sumber biar anak tidak hiperglikemi atau terlalu lemas. Subtitusinya kalau anak enggak mau makan, susu masih mending," ujar Radhian.

Meski begitu, sambung dia, susu tidak boleh diminum anak terus-menerus. Orangtua harus mencari tahu mengapa selama transisi, anak tidak mau makan.

https://www.kompas.com/food/read/2024/02/06/180600475/apa-minum-susu-bisa-cegah-stunting-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke