Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susu Kental Manis Bukan Susu? Fakta dan Sejarahnya di Asia

Kompas.com - 06/12/2023, 13:00 WIB
F Azzahra,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Dewasa kini, muncul asumsi yang menyatakan bahwa susu kental manis bukan susu. Asumsi ini lantas menimbulkan perdebatan di tengah masyarakat. Bagaimana sebenarnya kebenaran mengenai hal ini?

Susu kental manis merupakan produk olahan susu yang sering dijumpai sebagai campuran, tambahan, atau topping berbagai macam makanan. Karena popularitas dan kegunaannya, susu kental manis banyak diminati oleh orang dari berbagai kalangan dan usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Isu yang menyatakan susu kental manis bukan susu tidaklah tepat. Pasalnya, berdasarkan Peraturan Kepala (Perka) Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Nomor 21 Tahun 2016, susu kental manis merupakan produk susu yang diperoleh dengan menghilangkan sebagian air dari campuran susu dan gula hingga mencapai tingkat kepekatan tertentu.

Dengan demikian, pernyataan susu kental manis bukan susu kuranglah tepat. Sebab, produk ini merupakan produk olahan susu yang bermanfaat serta dapat menjadi pelengkap berbagai hidangan dan sarapan lezat.

Selain memiliki cita rasa yang lezat, susu kental manis juga mudah didapatkan di berbagai tempat, mulai dari warung, toko kelontong, minimarket, hingga pasar swalayan.

Baca juga: Pelatihan untuk Perempuan Pelaku UMKM Kuliner dari Frisian Flag Indonesia

Tak hanya itu, susu kental manis juga hadir dalam berbagai kemasan, mulai dari kemasan kaleng, pouch, hingga saset. Semuanya bisa didapatkan dengan harga yang ramah di kantong.

Produk olahan susu ini pun memiliki popularitas yang tinggi di sejumlah negara-negara Asia, salah satunya Indonesia. Sebelum dikenal sebagai produk yang sekarang, bagaimana sebenarnya awal mula produk ini dikenal di Asia? Simak penjelasannya berikut.

Popularitas susu kental manis di Asia

Setelah mengetahui bahwa asumsi susu kental manis bukan susu merupakan hal yang kurang tepat, mari membahas mengenai popularitas produk olahan susu ini di Asia.

Produk turunan susu ini merupakan salah satu produk yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Produk ini sudah lama dikenal sejak puluhan tahun lamanya dan sering digunakan sebagai bahan pelengkap hidangan keluarga, salah satunya menu sarapan lezat.

Sebagai produk olahan susu yang menarik, susu kental manis menjadi salah satu bahan pelengkap yang sangat populer di Asia. Hal ini karena beberapa alasan, seperti budaya, selera rasa, dan keunikan produk di dalam berbagai hidangan tradisional.

Baca juga: Frisian Flag Buka Lowongan Kerja Lulusan S1 dan S2 Banyak Jurusan

Terlebih, pada era 1970-an, negara-negara Asia, seperti Malaysia, Sri Lanka, Filipina, hingga Thailand, sedang "digandrungi" berbagai produk susu olahan akibat populernya teknologi rekombinasi susu. Teknologi ini memudahkan produsen memproduksi berbagai jenis susu, mulai dari susu kental manis, susu evaporasi, hingga susu bubuk.

Alasan lainnya, susu kental manis merupakan produk yang cocok dengan "lidah" masyarakat di negara-negara Asia. Apalagi, banyak hidangan tradisional di Asia yang cenderung bercita rasa manis, sehingga kehadiran produk olahan susu ini menjadi pelengkap bagi kelezatan dan kekayaan rasa pada berbagai hidangan itu.

Di Indonesia, santapan dengan campuran, tambahan, atau topping susu kental manis pun begitu populer. Selain lezat, hidangan dengan campuran produk susu olahan ini sangat cocok dijadikan menu sarapan untuk memenuhi kebutuhan energi harian.

Tak hanya itu, susu kental manis juga mengandung zat makro dan mikro, seperti lemak dan protein, yang bermanfaat bagi tubuh dan membantu menunjang gaya hidup aktif.

Satu saset produk olahan susu ini mengandung sekitar 130 kilokalori (kkal). Jumlah ini cocok dengan anjuran dari Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 28 Tahun 2019 yang menyarankan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan energi harian sebesar 2.100 kkal per harinya.

Baca juga: Kisah Para Ibu Tunggal Capai Kemandirian Berkat Kedai Kreatif Susu Kental Manis Frisian Flag

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com