Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/08/2023, 07:55 WIB
Yuharrani Aisyah

Penulis

SOLO, KOMPAS.com - Solo identik dengan beragam kuliner seperti nasi liwet, selat, timlo, brambang asem, dan serabi.

Masing-masing makanan khas Solo mempunyai keunikan masing-masing mulai dari sejarah, bahan, sampai pembuatan.

Rupanya, bukan cuma makanan, Solo juga mempunyai sajian teh bernama teh oplosan dan teh kampul atau krampul.

Baca ulasan di bawah ini untuk mengetahui lebih lanjut tentang teh oplosan dan teh kampul.

Baca juga:

Teh oplosan khas Solo

Teh oplosan adalah racikan beberapa merek daun teh yang ada di pasaran di Solo. Biasanya, racikan teh tersebut digunakan oleh para pemilik wedangan atau angkringan ala Solo.

Setelah beberapa merek daun teh dicampur, kemudian pemilik wedangan menyeduhnya untuk disajikan kepada pembeli.

"Teh oplosan itu memang mereka mengoplos. Oplosan berasal dari beberapa merek, seperti itu yang terjadi di masyarakat. Kalau untuk resep semua orang pasti punya sendiri-sendiri," jelas pemilik sekaligus peracik di Kedai Kopi dan Teh Titilaras Solo Arkha Tri Maryanto dalam acara “Ngudhar Rasa: Meracik Masa Depan Kuliner Indonesia dari Tradisi Pangan” di Ndalem Djojokoesoeman, Kamis (6/7/2023).

Mengoplos teh, menurut Arkha, tergantung pada selera si peracik. Pasalnya, setiap merek teh mempunyai karakteristik masing-masing; misalnya kental, sepet, atau dominan wangi melati.

Tak pelak, jika kamu ingin meracik sendiri teh oplosan, setidaknya mengetahui karakteristik rasa dari setiap merek teh.

Menurut pengalaman Arkha selama menggeluti dunia teh, peracik teh di Solo mencampurkan setidaknya tiga merek teh.

Merek daun teh yang biasa diracik untuk teh oplosan khas Solo. SHUTTERSTOCK/AFI HERMATOVA Merek daun teh yang biasa diracik untuk teh oplosan khas Solo.

"Basic di Solo pasti ada dua merek dimasukkan ke dalam racikan yaitu Gardoe dan Nyapu atau Sintren," papar Arkha.

Apabila kamu ingin mencoba ciri khas teh pabrikan Solo bisa menggunakan merek 999 dengan hasil seduhan berwarna agak merah.

Mengikuti racikan teh pemilik wedangan tentu menginginkan rasa yang serupa. Namun, hal itu tidak selalu terjadi. Konon, ada istilah "beda tangan, beda rasa".

"Dulu waktu ketika 2013, saya mau membuka seperti wedangan, saya dikasih resep sama bapak di wedangan. Ada lima merek, tapi saya bikin sendiri rasanya beda," ungkap Arkha.

Baca juga:

Ilustrasi teh kampul khas Solo, teh dengan irisan jeruk. SHUTTERSTOCK/WAYAN_SUARNAYA Ilustrasi teh kampul khas Solo, teh dengan irisan jeruk.

Teh kampul khas Solo

Teh kampul ibaratnya sudah menjadi satu dengan warga Solo. Kamu dapat menemukan teh kampul di banyak tempat makan mulai dari wedangan, warung, kantin, sampai restoran.

Apabila kamu memesan teh kampul di Solo, kamu bakal mendapatkan satu gelas teh dengan irisan jeruk di dalamnya.

Menurut Arkha, lemon tea di wedangan di Solo adalah teh yang dicampur dengan perasan jeruk.

Namun, berbeda dengan teh kampul, irisan jeruk tidak diperas melainkan diletakkan saja di dalam gelas.

Salah satu ciri khas teh kampul yaitu semakin lama getah dari kulit jeruk semakin menyatu dengan teh sehingga membuat cita rasanya semakin enak.

"Kampul itu berasal dari kata ngampul atau ngemambang yaitu mengapung atau mengambang," kata Arkha.

Arkha menyampaikan bahwa jeruk pada teh kampul bukan lemon atau jeruk nipis. Jeruk untuk teh kampul biasa disebut jeruk wedang di pasar.

"Ketika kita menikmati teh kampul jeruk wedang dengan teh kampul jeruk nipis atau lemon, rasanya beda," jelas Arkha.

Ilustrasi irisan jeruk wedang untuk pelengkap teh kampul khas Solo. SHUTTERSTOCK/YUNUS-SAN Ilustrasi irisan jeruk wedang untuk pelengkap teh kampul khas Solo.

Tradisi minum teh di Indonesia

Teh berawal dari China kemudian menyebar ke berbagai negara seperti Jepang, Inggris, dan Indonesia.

Menurut Murdijati Gardjito dan Dimas Rahadian A.M. dalam bukunya "Teh: Sejarah dan Tradisi Minum Teh, Cara Benar Menyeduh dan Menikmati Teh, Khasiat Teh" terbitan Kanisius, minuman teh di Indonesia dibawa oleh seorang Belanda bernama Dr. Andreas Cleyer pada 1686.

Namun, teh hanya berfungsi sebagai tanaman hias kala itu.

Sementara itu, budi daya tanaman teh di Pulau Jawa dimulai pada 1728. Sejak 1800-an, teh hasil budi daya di kebun Gambung, Jawa Barat, menjadi komoditas yang menguntungkan bagi pemerintah Hindia Belanda.

Tradisi minum teh pun tersebar di Pulau Jawa salah satunya Yogyakarta. Teh selalu disajikan pada setiap acara makan keluarga kerajaan.

Sejak masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono II hingga sekarang; teh selalu disajikan saat makan pagi, makan siang, dan makan malam.

Tegal juga mempunyai tradisi minum teh bernama teh poci. Teko teh terbuat dari tanah liat, ukurannya cukup untuk menyeduh dua cangkir teh.

Pasalnya, menyeduh teh merupakan sesuatu yang personal menurut masyarakat Tegal dan sekitarnya.

Menariknya lagi, pemanis yang digunakan adalah gula batu. Namun, gula ini tidak diaduk sampai larut, melainkan cukup diletakkan di dalam cangkir lalu digoyang sedikit.

Hal ini berkaitan dengan filosofi bahwa hidup ini awalnya pahit. Apabila bersabar menjalani hidup yang pahit, kita bakal mendapatkan manisnya kemudian.

Teh poci yang disajikan memiliki karakteristik wasgitel atau wangi, panas, sepet, legi (manis), dan kentel (kental).

Buku "Teh: Sejarah dan Tradisi Minum Teh, Cara Benar Menyeduh dan Menikmati Teh, Khasiat Teh" karya Murdijati Gardjito dan Dimas Rahadian A.M. terbitan Kanisius dapat dibeli di Gramedia.com secara online.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com