Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Restoran Fine Dining, Berawal dari Banyaknya Koki Menggangur

Kompas.com - 10/12/2021, 21:06 WIB
Krisda Tiofani,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Restoran fine dining merupakan jenis restoran yang memberikan pelayanan lengkap kepada tamu. 

Saat ini, restoran yang dikenal dengan konsep mewahnya itu sudah semakin populer dan banyak tersebar di berbagai negara di dunia.

Melansir The Balance Small Business, Perancis merupakan negara pertama sekaligus pelopor keberadaan restoran fine dining.

Keberadaan restoran fine dining bermula sejak abad pertengahan, sekitar abad ke-lima hingga abad ke-14. Saat itu serikat pekerja memonopoli banyak aspek makanan cepat saji.

Makanan cepat saji diketahui sudah hadir lebih dulu serta diperjualbelikan oleh para petani dan pedagang di penginapan yang berada di pedesaan.

Monopoli makanan cepat saji akhirnya berlanjut dan mengakibatkan banyak koki rumahan hingga koki kerajaan menganggur.

Banyak dari koki tersebut yang akhirnya membuka restoran sendiri di Paris dan mengenalkan cara makan baru, termasuk tentang penggunaan alat makan. 

Baca juga:

ilustrasi table setting dalam table manner. SHUTTERSTOCK/AleksSafronov ilustrasi table setting dalam table manner.

Restoran yang baru dibuka koki itu menggunakan piring porselen dan taplak meja linen yang sekarang menjadi hal umum di restoran fine dining.

Bukan hanya itu, menu yang ditawarkan pun semakin beragam, yaitu berupa prix fixe dan a la carte.

Gaya makan restoran fine dining yang masih baru akhirnya populer dan menyebar ke seluruh Eropa hingga dunia.

Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah restoran di Paris selama abad ke-19.

Pada saat itu, orang-orang Eropa yang kaya memilih untuk pergi ke Paris dan mengambil bagian dalam santapan pilihan gourmet. 

Hal ini juga berlaku untuk para perwira sekutu yang pulang saat Perang Dunia II berakhir.

Kemajuan transportasi pada akhir abad ke-19 membawa perubahan signifikan di dunia pariwisata sehingga menjadikan makanan sebagai seni, bukan sekadar kebutuhan.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com