JAKARTA, KOMPAS.com - Lobster, dibandingkan dengan protein sumber laut lain bisa dibilang gengsinya berbeda.
Harga lobster tidak bisa disebut murah. Dibandingkan udang, harga lobster bisa puluhan kali lipat lebih mahal.
Padahal keduanya masih dalam kelompok yang sama yaitu Crustacea atau udang-udangan.
Sampai kini pada 2020, tak semua orang bisa mencicipi lobster karena harganya yang mahal dan tidak dijual di sembarang tempat.
Baca juga: Perbedaan Daging Lobster dan Udang, serta Tips Mengolah yang Benar
Uniknya, lobster dahulu bukanlah makanan mewah yang bergengsi tinggi. Jutsru sebaliknya lobster adalah makanan bagi orang tak mampu.
Dikutip dari Business Insider dan History, ketika orang Eropa pertama kali tiba di Amerika bagian Utara mereka melihat banyak sekali lobster di perairan Massachusetts Bay Colony.
Saking banyaknya lobster di perairan itu, tumpah ruah, dan tinggi kumpulan lobster hampir satu meter.
Lobster membuat bangsa kolonial jijik dan menyebut mereka "cockroaches of the sea" alias kecoak dari laut.
Pada zaman itu, lobster lebih banyak dimanfaatkan orang asli Amerika sebagai pupuk tanaman dan umpan memancing ikan.
Baca juga: Terkesan Mewah, Kenapa Harga Lobster Mahal?
Namun terkadang mereka memasak lobster dengan cara dibungkus rumput laut dan dipanggang di batu panas.
Ketika terjadi gagal panen atau musim dengan cuaca ekstrem, lobster menjadi alternatif makanan bagi orang tak mampu.
Lobster diberikan kepada narapidana di penjara, budak, dan pelayan agar protein mereka terpenuhi.
Bahkan dalam kontrak pelayan di Massachusetts, para pelayan menuntut mereka hanya mau makan lobster dua kali dalam seminggu.
Hal ini menandakan kalau lobster benar-benar makanan yang tidak diminati.
Reputasi lobster membaik ketika teknologi makanan kaleng muncul dan industri kereta yang semakin maju pada 1800an.
Baca juga: Apa Alasan Edhy Prabowo Cabut Larangan Ekspor Benih Lobster Era Susi?