Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mahasiswi Unesa, Ikut Pelayaran Jalur Rempah Naik KRI Dewaruci

Kompas.com - 14/04/2024, 07:28 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - Salah satu mahasiswi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Dewi Fatma Wati mendapatkan pengalaman berharga.

Mahasiswi S1 Psikologi Unesa ini berhasil menjadi salah satu delegasi yang mengikuti Kegiatan Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah 2023.

Perempuan yang akrab disapa Dewi itu merupakan satu dari 20 delegasi Indonesia yang berasal dari berbagai unsur yang dikenal dengan Laskar Rempah.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan melalui Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) akhir tahun lalu itu memberikan banyak pengalaman berharga bagi peserta.

Baca juga: PPG Prajabatan 2024 Dibuka, Cek 27 Prodi Unggulan PPG di Unesa

Pengalaman ikut pelayaran jalur rempah naik KRI Dewaruci

Menurut Dewi, kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan cagar budaya serta obyek pemajuan kebudayaan yang mengikuti narasi konektivitas Jalur Rempah itu sangat bermanfaat.

Dewi menceritakan pengalaman tak terlupakan dengan ikut pelayaran kapal legendaris KRI Dewaruci dengan rute Surabaya hingga Pulau Selayar di Sulawesi Selatan.

Dewi mengungkapkan, ketika kapal bersandar, para peserta diajak untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan.

Seperti Festival Budaya di Selayar yang meliputi pertunjukan, seminar, workshop, serta lomba event budaya, dan lain sebagainya.

"Dari sini bisa dapat insight baru khususnya di Pulau Selayar yang ternyata dulunya dijadikan tempat singgah kapal dan banyak peninggalannya seperti gong nekara terbesar yang ada di dunia yang berfungsi sebagai genderang perang dan alat upacara pelantikan raja, minta hujan dan ritual lainnya," jelas Dewi seperti dikutip dari laman Unesa, Sabtu (13/4/2024).

Baca juga: Unesa Kampus 5 Magetan Buka 9 Prodi, Siap Terima Maba di Semua Jalur

Ikut ritual "mandi khatulistiwa"

Salah satu momen tak terlupakan saat berlayar adalah ketika KRI Dewaruci melintasi garis khatulistiwa, yang diiringi dengan sebuah ritual khusus, yaitu "mandi khatulistiwa" atau "mandi suci".

Ketika kapal melewati garis tersebut, seluruh awak dan penumpang kapal berkumpul di geladak H.

Atmosfer gelap yang dipenuhi kegembiraan menciptakan kesan magis ketika para awak kapal, seolah-olah menjadi bajak laut, menyiramkan air laut kepada yang lainnya.

Ritual ini menjadi momen pengingat akan keluarga di rumah, karena setiap orang dipanggil satu per satu untuk disiram air kembang oleh komandan KRI.

"Saat mandi suci ini awak kapal berperan sebagai dewa dan dewi Neptunus di atas KRI dan para peserta seakan-akan jadi sanderanya. Ini juga sebuah perwujudan simbolis dari pepatah dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung yang punya makna dalam menghormati tradisi dan adat istiadat yang ada di lingkungan tempat seseorang hidup atau berkunjung," terangnya.

Hal itu mencerminkan sikap saling menghormati dan menerima keberagaman budaya serta memperkuat kesadaran akan nilai-nilai lokal yang kaya akan tradisi dan warisan budaya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com