Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Faktor Anak di Bawah Umur Jadi Pelaku Bullying

Kompas.com - 03/10/2023, 12:51 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menyebut ada 3 faktor yang menyebabkan anak di bawah umur melakukan perundungan (bullying).

Sekjen FSGI Heru Purnomo menyatakan, setidaknya ada 3 faktor yang menyebabkan seorang anak melakukan tindak pidana bullying, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor situsional.

Baca juga: Banyak Bullying, FSGI Minta Kemendikbud dan Pemda Lakukan Pencegahan

"Minimnya keteladanan dari orangtua atau orang dewasa di sekitar anak tumbuh kembang juga bisa menjadi faktor penyebab, mengingat perilaku anak 70 persen meniru orang dewasa di sekitarnya," kata Heru dalam keterangannya, Selasa (3/10/2023).

Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri anak dan lingkungan keluarga atau pengasuhnya.

Misalnya, karena salah asuhan dan salah didikan dari orangtua, sehingga anak menjadi manja yang selalu dibela. Pada akhirnya, anak tidak paham konsekuensi dari perbuatannya.

"Bisa juga karena anak justru diasuh dengan kekerasan oleh orangtuanya, sehingga anak bisa berpotensi kuat menjadi pelaku kekerasan kelak di kemudian hari, bisa di lingkungan sekolah atau lingkungan pergaulan anak," ucap dia.

Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar rumah anak.

Misalnya, faktor yang berasal dari lingkungan sekolah, pergaulan, dan lingkungan masyarakat. Termasuk, pengaruh dari dunia maya, yakni penggunaan gadget yang tanpa aturan dan tidak ada edukasi dari orangtua maupun keluarganya.

Anak yang kerap mengakses konten kekerasan, sebut Heru, bisa saja meniru konten tersebut. Misalnya, game online maupun film yang berisi kekerasan.

Selain itu, anak bisa juga kecanduan konten pornografi yang akhirnya melakukan kekerasan seksual pada teman bermain atau sebaya.

Baca juga: Kasus Bullying Anak di Cilacap, Dosen UMM: Tetap Ada Pidana bagi Anak

"Itu seperti terjadi dalam sejumlah kasus anak melakukan kejahatan seksual atau jadi korban kejahatan seksual, seperti di Mojokerto dan Bogor," jelas dia.

Dia menegaskan, kasus SMP negeri di Cilacap yang memunculkan anak-anak geng bernama BASIS itu menunjukkan pergaulan sangat memengaruhi perilaku anak.

"Ketika anak-anak senasib yang diasuh dengan kekerasan dalam keluarga atau satu geng, maka antar anggota kelompok akan saling belajar kekerasan," tegas dia.

Faktor situasional, yaitu faktor yang muncul tak terduga.

Misalnya, siswa junior yang dipaksa ikut tawuran oleh seniornya, karena takut menolak maka ikut tawuran.

Baca juga: Selama Januari-September 2023, 23 Siswa Alami Bullying dan 2 Meninggal

"Bisa juga situasi orangtuanya berpisah (tidak selalu terjadi) dan anak mengalami tekanan psikologis, tapi tidak mendapatkan pertolongan dari profesional atau tidak dapat support sistem dalam keluarga barunya," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com