Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Culture Shock Awardee IISMA dan Cara Mengatasinya

Kompas.com - 21/09/2023, 09:05 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para awardee IISMA 2023 atau Indonesian International Student Mobility Award sudah diberangkatkan menuju kampus di negara tujuannya masing-masing.

Para awardee IISMA 2023 punya beragam cerita khususnya terkait culture shock yang mereka alami setelah berada di negara tujuan tempat mereka menempuh pendidikan.

Cerita para awardee IISMA ini diceritakan di akun Instagram Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Ditjen Dikti Kemendikbud Ristek).

Sebelum tahu apa saja cerita culture shock para awardee IISMA dan cara mengatasi culture shock ala Ditjen Dikti, ketahui pula apa itu beasiswa IISMA.

Baca juga: Ini Cara Cek Pengumuman Hasil Seleksi Beasiswa Unggulan 2023 Tahap 2

Cerita culture shock para awardee IISMA 2023

IISMA adalah skema beasiswa Pemerintah Indonesia untuk mendanai program mobilitas pelajar Indonesia ke universitas di luar negeri.

Lewat program ini para mahasiswa akan menempun pendidikan di kampus ternama luar negeri selama satu semester atau enam bulan.

Hidup di luar negeri sebagai mahasiswa Indonesia tentu memelurkan proses adaptasi untuk menyesuikan diri di lingkungan dan budaya baru. Bahkan beberapa mahasiswa mengalami culture shock.

Dilansir dari akun Instagram resmi Ditjen Diktiristek Kemendikbud Ristek, Rabu (20/9/2023) salah satu awardee IISMA Noufal Tala Musthofa yang merupakan mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) kini menempuh pendidikan di Cheng Shiu University, Taiwan mengaku bahwa warga lokal di Taiwan banyak yang belum menguasai bahasa Inggris.

Sehingga dia cukup sulit untuk berkomuniasi dengan warga lokal karena dia tidak fasih juga berbahasa Mandarin.

Baca juga: Adakah Syarat Tinggi Badan untuk Daftar Sekolah Kedinasan Kemenhub?

Beda lagi cerita dari Aditya Prawira yang merupakan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang tengah menemouh pendidikan di University of Queensland, Australia.

Aditya mengatakan bahwa makanannya terasa berbeda dan lebih mahal dibandingkan dengan makanan Indonesia. Jadi dia harus memasak atau membuat bekal sendiri secara rutin.

Selain dua cerita tersebut, ada beberapa awardee IISMA lainnya yang menceritakan culture shock yang dialami. Mulai dari soal cuaca, lingkungan akademik, kebiasaan warga setempat dan masih banyak hal lainnya.

Untuk mengatasi culture shock, Ditjen Diktiristek punya beberapa cara untuk mengatasinya. Berikut cara mengatasi culture shock ala Ditjen Dikti.

1. Riset, ketahui dan pelajari

Saat menjalani program ke luar negeri, kamu bisa mempelajari dan mengetahui budaya negara tujuannya terlebih dahulu sebelum benar-benar merasakan secara langsung.

Kamu dapat berinteraksi dengan warga lokal, membaca buku atau menonton film yang berhubungan dengan budaya di negara tujuanmu.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com