Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alumnus USD Jadi Entomologis Internasional Usai Temukan Sejumlah Serangga Baru

Kompas.com - 24/04/2023, 18:31 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Salah satu alumnus Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Sanata Dharma (USD) tahun 2011, Garda Bagus Damastra menorehkan prestasi membanggakan.

Sebab, Garda menjadi seorang entomologis atau peneliti serangga dengan reputasi internasional. Bahkan ketekunan Garda meneliti serangga membuat namanya diabadikan sebagai salah satu serangga hasil temuannya, Phyllium gardabagusi.

Ternyata, Garda sudah lama berminat atau tertarik dengan dunia serangga. Lebih tepatnya saat dia berusia 5 tahun. Bahkan orangtua dan kakaknya juga mendukung minat Garda.

"Kalau dulu, anak-anak mainan hewan itu dilarang orang tuanya, saya malah didukung penuh sama minat saya ini," ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Senin (24/4/2023).

Baca juga: Dosen UM Surabaya: 7 Cara Menangani Microsleep Saat Arus Balik

Meski demikian, keseriusannya mendalami hobi itu hanya bertahan sampai ia menginjak bangku SMP. Saat menempuh pendidikan SMA, ia lebih fokus pada kegiatan akademik untuk persiapan kuliah.

Awalnya ia ingin melanjutkan kuliah yang sesuai dengan minat masa kecilnya. Namun setelah melalui berbagai pertimbangan, Garda akhirnya memilih Pendidikan Bahasa Inggris di USD.

Menariknya, pada masa pertengahan perkuliahan di PBI, Garda kembali menemukan passion-nya di dunia serangga. Ia merasa Tuhan sudah menggariskan apa yang ada di hidupnya secara baik.

"Kalau saat itu saya ambil jurusan biologi, mungkin hidup saya malah nggak akan seperti sekarang," guraunya.

Sebagai seorang entomologis, kerja keras dan kesabaran sangat dibutuhkan dalam sebuah penelitian. Garda berkisah tentang proses penemuan spesies baru.

Adapun kegiatan Garda yang kerap mengeksplorasi alam dan berkaitan dunia satwa membawanya ke Gunung Argopuro kala itu.

Ia tertarik dengan sebuah spesies serangga yang belum pernah dilihatnya. Serangga yang ia temukan di Gunung Argopuro ini adalah spesies serangga baru dan belum pernah ditemukan sebelumnya.

Baca juga: 4 Tips Ajari Anak Kelola THR Lebaran dengan Bijak

Namun spesies ini mirip dengan spesies temuan sebelumnya, yaitu Phyllium hauslohner dan Phyllium jacobsoni.

Meski demikian, proses dari penemuan sampai dengan rilis jurnal memakan waktu cukup lama. Apalagi pandemi juga menjadi penghambat rilisnya jurnal yang ia buat.

Proses untuk merilis jurnal pun sangat rumit. Garda harus mengirimkan spesimen, bahkan telur serangga yang ia teliti untuk mengetahui daur hidupnya, dari telur hingga menetas, dan menjadi serangga dewasa. Ini semua ia lakukan secara mandiri.

"Memakan waktu tiga sampai enam bulan hanya untuk mengetahui proses dari telur sampai menetasnya," tutur Garda.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com