Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Pemuka Agama Berkumpul di Atma Jaya Teken Dokumen Perdamaian Dunia

Kompas.com - 26/01/2023, 08:15 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Sembilan pemuka agama dan kepercayaan Indonesia berkumpul di Jakarta dan sepakat mendorong penyelesaian masalah kemanusiaan yang terjadi di Tanah Air dengan mengutamakan pendekatan damai.

Seperti yang menjadi komitmen dalam Dokumen Abu Dhabi untuk Perdamaian Dunia yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Syaikh Ahmad Al Thayyib pada 2019 lalu.

Baca juga: Muhammadiyah Tambah 1 Universitas Lagi di Sulawesi Selatan

Acara tersebut berlangsung di kampus Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya Jakarta, Rabu (25/1/2023) dalam bentuk seminar nasional dengan tema "Menghidupkan Dokumen Abu Dhabi dalam Persaudaraan Sejati untuk Dialog Karya dan Bekerjasama dalam Gerakan Mengatasi Masalah Kemanusiaan.”

Uskup Keuskupan Agung Jakarta dan Ketua Pembina Yayasan Atma Jaya, Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo mengatakan, seminar ini merupakan realisasi dari Dokumen Abu Dhabi yang mendorong keberadaan agama-agama di dunia untuk mampu mempersembahkan hal yang paling bermanfaat bagi eksistensi manusia, yaitu perdamaian.

Kegiatan tersebut juga menghasilkan Deklarasi Atma Jaya yang ditandatangani oleh para pemuka agama dan kepercayaan yang diserahkan kepada Kementerian Agama selaku wakil pemerintah dan nantinya diharapkan menjadi fasilitator untuk ditindaklanjuti.

"Kita semua berharap pertemuan di Atma Jaya ini adalah sebagai awal dari munculnya gerakan bersama untuk mewujudkan Dokumen Abu Dhabi. Gerakan ini membutuhkan kerjasama dari kita, bukan kami atau mereka. Ini gerakan kita bersama," ucap dia dalam keterangannya, Kamis (26/1/2023).

Nilai-nilai dalam Dokumen Abu Dhabi tersebut sejalan dengan nilai inti Yayasan Atma Jaya yakni Kristiani, Unggul, Profesional dan Peduli (KUPP).

Keempat nilai ini menjadi landasan untuk mewujudkan komunitas yang kuat dalam bentuk persaudaraan sejati, untuk mampu bersikap plural, inklusif, adil, demokratis dan berbudaya karena Atma Jaya merupakan perwujudan Bangsa Indonesia yang terdiri dari latar belakang agama dan budaya yang berbeda.

Perwakilan dari Muhammadiyah, Prof. Dr. Hj. Abdul Mu’ti mengatakan, dokumen ini memberikan kepada kita pelajaran bahwa agama itu berbeda secara ritual tapi memberi banyak kesamaan mengenai persoalan kemanusiaan.

"Satu hal penting: One Humanity, One Responsibility, untuk kemanusiaan konteksnya manusia sebagai makhluk Tuhan yang sangat mulia dan memiliki hak untuk mencapai kebahagiaan. Dokumen Abu Dhabi, bukan hanya etika tetapi etik," ujar Prof. Dr. H. Abdul Mu’ti.

Baca juga: 18.964 Mahasiswa UGM Peroleh Beasiswa Pendidikan

Perwakilan dari Nahdlatul Ulama (NU), KH AH Abu Yazid Al-Busthami mengatakan, sebetulnya begitu banyak tragedi kemanusiaan di belahan dunia yang memerlukan bantuan kita semua.

Mengingat Islam sendiri sebetulnya merupakan agama kasih, yaitu Allah memberikan rahmat bukan hanya untuk umat Islam, tetapi juga seluruh umat manusia, tanpa membedakan agama dan bangsa.

"Konsep dasar NU, perbedaan bukan dijadikan suatu hal yang dapat diperdebatkan. Yang sama jangan sampai dibedakan, yang beda jangan sampai disamakan. Kita memiliki tujuan sama yaitu menjaga perdamaian dunia, karena semua manusia itu berasal dari Bapak dan Ibu yang sama sehingga kita bersaudara dalam kemanusiaan," ujar KH AH Abu Yazid Al-Busthami.

Perwakilan dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, Mayjen (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, menjelaskan bahwa sebagai umat beragama harus menjaga secara utuh tata tentrem kerta raharja yang berujung pada semangat gotong royong.

"Daya tempurnya anak bangsa yang kuat fisiknya, badannya harus sehat, spiritual yang bagus, jiwanya harus bersih. Ayo bergandengan tangan saling berkontribusi, saling memberi, tidak saling menjatuhkan satu sama lain," tutur Mayjen (Purn) Wisnu Bawa Tenaya.

Perwakilan dari Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Prof. Dr. K. Philip Wijaya mengatakan, bahwa di dalam agama Buddha, Dokumen Abu Dhabi sudah diimpementlasikan dalam hal pendidikan, membangun umat yang lebih cerdas, atau dalam hal relasi bukan hanya antar agama tetapi juga inter agama Buddha sendiri.

"Dalam hal kepedulian di dunia yakni dengan mengerti perasaan dan penderitaan orang lain serta lingkungan hidup khususnya juga pangan, salah satunya dengan gerakan yang sudah dilakukan yaitu membersihkan piring sendiri dan tidak menyia-nyiakan makanan," tutur Prof. Dr. K. Philip Wijaya.

Baca juga: Unpad Kedatangan 11 Guru Besar Baru

Dalam penandatanganan hadir juga Staf Ahli Menteri Agama Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Prof. Dr. H. Abu Rokhmad, Konferensi Waligereja Indonesia, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia, dan Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com