Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Cleaning Service Kini Jadi Seorang Dosen, Ini Kisah Lukman Hakim

Kompas.com - 12/01/2023, 08:18 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Siapa sangka, dari awalnya bekerja menjadi cleaning service dan kuli bangunan, kini bisa menjadi dosen kampus ternama di Surabaya. Kisah ini dialami oleh Lukman Hakim, dosen sekaligus Kepala Biro termuda Pusat Teknologi Informasi (PTI) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya.

Bukan anak pandai di kelas

Sewaktu kecil, Lukman bercerita kalau dirinya diasuh oleh neneknya karena ibunya menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berpindah-pindah tempat di negara tetangga, selain itu saat kecil Ayahnya juga sudah sakit-sakitan. Ia juga sempat tinggal di panti asuhan selama 6 tahun.

Baca juga: Kisah Guru Nofri, Rela Tempuh 40 Jam Perjalanan demi Berbagi Ilmu

“Dari kecil hingga SD saya tinggal sama Mbah, lulus dari SD saya pindah ke Panti Asuhan Muhammadiyah di Kediri selama 6 tahun. Di panti itulah saya ditempa dan bisa bersekolah, belajar mengaji secara gratis,” kata Lukman dilansir dari keterangan resmi UM Surabaya.

Lukman menuturkan bahwa dirinya bukan anak yang pandai di kelas, bahkan saat masih di SD ia hanya rangking 29, meski demikian Lukman adalah anak yang menyukai tantangan dan hal-hal baru kala itu.

Saat ia tinggal di Panti asuhan, ayahnya meninggal dan hal tersebut membuat dirinya semakin kehilangan sosok figur di keluarga.

Kehilangan, keterbatasan, serta kesulitan membuat dirinya semakin tangguh dan membuat dirinya harus lebih tekun belajar agar tidak tertinggal.

“Syukurlah waktu itu, setelah melewati banyak kejadian saya lebih fokus belajar dari SMP hingga SMK. Saya masuk 3 besar di kelas dan mulai saat itulah saya berani bermimpi besar,” kenang Lukman.

Baca juga: Kisah Satria, Pernah Jadi Pelayan namun Kini Jadi Wakil Dekan

Saat tinggal di panti asuhan, ia tidak hanya bersekolah dan mengaji, ia juga dibekali keterampilan membuat paving untuk dijual.

Tak hanya itu, karena ia membutuhkan tambahan uang untuk membeli jajan seperti anak pada umumnya ia juga bekerja menjadi penyiar radio yang digaji Rp 100.000 tiap bulannya di kawasan panti hingga lulus SMK.

Jadi cleaning service hingga kuli bangunan

Saat lulus dari SMK ia sempat pulang ke Trenggalek dan tinggal bersama neneknya. Ia memiliki keinginan untuk berkuliah namun hal itu hanya sebatas angan-angan saja karena faktor biaya.

Namun setelah 2 bulan di rumah keberuntungan memihaknya lantaran ia mendapatkan tawaran kuliah dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.

“Waktu itu nama beasiswanya FORPAMA atau disingkat Forum Panti Asuhan Muhammadiyah Aisyiyah. Tanpa berpikir panjang saya langsung mengambil tawaran tersebut,” kata Lukman.

Berkat beasiswa tersebut Lukman bisa kuliah gratis di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) jurusan Teknik Elektro. Di Surabaya ia tinggal di asrama sembari berjualan kerupuk.

Baca juga: 5 Tips Investasi untuk Pemula dari Pakar Ekonomi UM Surabaya

Rupanya berjualan kerupuk tidak mencukupi kebutuhannya sehingga ia harus memutar otak untuk memenuhi biaya makan dan lain-lain.

“Akhirnya waktu itu saya buka usaha cuci motor, namun karena sering ada gusuran di samping jalan akhirnya usaha tersebut tidak berlangsung lama,”kenang dia lagi.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com