Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Ibu-ibu PKK Bangun 38 Taman Baca, Bantu Cerdaskan Anak Desa

Kompas.com - 23/12/2022, 14:15 WIB
Angela Siallagan,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Pandemi Covid-19 yang berlangsung sekitar dua tahun membawa dampak signifikan dalam bidang pendidikan. Terjadi kesenjangan belajar pada siswa akibat hilangnya pembelajaran atau learning loss, khususnya mereka yang tinggal didaerah pedesaan dan disabilitas.

Akibatnya, banyak siswa di Indonesia yang belum menguasai keterampilan dasar literasi dan numerasi, sehingga mereka akan semakin tertinggal di jenjang berikutnya. Oleh karena itu, dibutuhkan peran dari berbagai pihak dalam melakukan pemulihan pembelajaran.

Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Tana Tidung, Kalimantan Utara, Vamelia Ibrahim berinisiatif dalam membantu pemerintah mempercepat pemulihan pembelajaran tersebut.

Baca juga: Kisah Bidan Desa, Dirikan “Taman Baca” Bangun Karakter Anak Desa

“Misi saya adalah mencerdaskan anak-anak bangsa,” ungkapnya pada acara Temu Inovasi ke 14 bertajuk ”Transformasi Pembelajaran: Sampai di mana Perjalanan Kita?” Selasa (6/12/2022) di Jakarta.

Guna menjalankan misi tersebut, Vamelia menggerakan ibu-ibu PKK untuk membangun satu taman baca di setiap desa.

“Kami membentuk satu desa satu taman baca. Penggeraknya adalah masyarakat dan Tim Penggerak PKK. Semua masyarakat terlibat dalam program ini,” ujarnya.

Awalnya Vamelia melihat dampak dari Pandemi Covid-19 bagi anak-anak di desa Tana Tidung. Ketika melakukan kunjungan ke desa-desa, Vamelia menemukan anak-anak yang ketinggalan pembelajaran, khususnya dalam hal membaca.

“Dua tahun anak-anak kita kehilangan pembelajaran karena pandemi. Ini dampaknya sangat besar. Saya kunjungan ke SD, anak kelas IV cuma bisa mengeja. Kan kasihan,” tuturnya.

Baca juga: Cara Kreatif Sekolah di Lamongan Menumbuhkan Kecintaan Siswa pada Buku

Adanya rasa prihatin dengan kondisi tersebut mendesak Vamelia untuk membentuk TBM agar anak-anak tidak semakin ketinggalan.

“Saya ingin nya anak-anak itu punya pondasi awal yang bisa membaca, memaknai bahan yang dia baca, dan dia tahu konteks baca itu apa. Nah, itulah sebenarnya arti membaca secara harafiah,” urai Vamelia.

Dengan proses yang tidak mudah, Ibu dari tiga anak tersebut melakukan percepatan pemulihan pembelajaran dengan pendirian TBM melalui dua jalur yakni sekolah dan masyarakat, sehingga pemulihan pembelajaran dapat lebih optimal.

Proyek TBM ternyata membuahkan hasil yang baik.

Setelah berjalan selama satu tahun, kini TBM Tana Tidung dikelola lebih dari 400 pegiat. Para pegiat tersebut berlatar belakang sebagai pengurus PKK Desa, ibu rumah tangga, tokoh agama, tokoh adat, dan pemuda setempat.

Baca juga: Semangat Mengajar Para Guru Pedalaman, Minim Listrik, Tanpa Internet

Harapannya, program TBM setiap desa mampu bermanfaat bagi ribuan anak di Tana Tidung.
Setelah memiliki 38 TBM, Vamelia dan tim nya kemudian melakukan uji manfaat dari TBM tersebut.

“Kami melakukan pengambilan data di SD 13 Tana Tidung. Anak yang dulunya belum bisa baca, setelah ke TBM, mereka mulai lancar membaca. Data per Juli – Oktober 2022 di SD tersebut menujukkan ada sebanyak 55 persen siswa kelas awal telah lulus kompetensi literasi dasar atau siswa sudah lancar membaca,” kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com