Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/12/2022, 06:00 WIB
Angela Siallagan,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Sekolah Dasar (SD) Masehi Mbatakapidu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, (NTT) termasuk salah satu sekolah yang terletak di daerah pedalaman dan diapit oleh bukit-bukit. Di sana tidak ada sinyal untuk telepon, apalagi internet.

Listrik yang ada di sekolah hanya solar cell atau tenaga surya. Oleh karena itu, listrik sering bermasalah dan mati terutama pada musim hujan.

Kondisi tersebut memang kurang memadai untuk melaksanakan proses belajar mengajar, tetapi tidak menyurutkan semangat para guru untuk berinovasi.

Sebagai Sekolah yang terpilih menjadi sekolah Penggerak pada angkatan pertama, guru-guru berupaya menciptakan proses belajar dan mengajar siswa dengan nyaman lewat kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG).

Baca juga: Saat IPA Jadi Pelajaran Favorit Siswa dan Guru Jadi Idola

“Dalam kegiatan KKG, guru-guru membuat media-media belajar yang sederhana dan menarik,” ujar Kepala SD Masehi Mbatakapidu, Yunitha May Atanumba.

Hal tersebut disampaikan Yunitha dalam acara Temu Inovasi #14 bertajuk ”Transformasi Pembelajaran: Sampai di mana Perjalanan Kita?”, Selasa (6/12/2022) di Jakarta.

Dalam hal transformasi pembelajaran, Yunitha mengatakan, rancangan pembelajaran yang dulu berpusat pada guru, sekarang berpusat pada siswa.

Membuat aksi perubahan nyata yang dilakukan di sekolah yakni melakukan asesmen awal pembelajaran, memetakan kemampuan siswa, dan membuat pengelompokan siswa sesuai bakat dan minatnya.

Ketika melakukan pengelompokan tersebut, guru akan mengetahui level kemampuan siswa dan kebutuhan belajarnya. Dari situ, guru dapat merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa tersebut.

Guna meningkatkan kemampuan literasi anak, sekolah ini membangun pojok literasi di setiap kelas.

Baca juga: Kisah Guru Betty, Raih Penghargaan Internasional karena Empati Tinggi

Sebagai informasi, jumlah siswa di Masehi Mbatakapidu sekitar 20 orang setiap kelas. Pojok literasi yang dibuat pada setiap kelas merupakan tempat media pembelajaran guru dan siswa. Media tersebut dibuat sendiri oleh guru-guru dari bahan-bahan bekas.

Media dibuat berdasarkan asesmen awal, kemudian memetakan kemampuan siswa, dan pengelompokan siswa sesuai minat dan bakatnya.

Dari hasil pemetaan dan pengelompokan tersebut, guru akan mengetahui kemampuan setiap siswa dan metode belajar yang dibutuhkan oleh setiap siswa.

Setelah mengetahui kebutuhan belajar siswa, guru akan merancang pembelajaran yang sesuai untuk peserta didik.

Treatment yang dibuat oleh guru lebih pada pembelajaran literasi. Literasi diartikan bukan hanya berhubungan dengan bahasa Indonesia, tetapi termasuk pada semua mata pelajaran.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com