Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Waode Nurmuhaemin
Penulis

Praktisi pendidikan, penulis buku dan novel pendidikan

Menjawab Pidato Menteri Nadiem Saat Puncak Peringatan Hari Guru Nasional 2022

Kompas.com - 29/11/2022, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENTERI Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim mengulas pencapain Kemdikbud selama tiga tahun terakhir, saat puncakperingatan Hari Guru Nasional.

Dalam pidatonya, Program Merdeka belajar diibaratkan sebagai kapal besar tangguh yang sudah melewati lautan dan ombak yang kencang.

Selain itu, sudah berhasil mencetak 50.000 guru penggerak serta aplikasi merdeka mengajar yang sudah diunduh lebih dari 1,6 juta user.

Tak lupa Mas Menteri menguraikan rekrutmen bermutu guru-guru baru lewat jalur PPG prajabatan yang merupakan model transformasi guru masa depan Indonesia, serta komitmen pemerintah mengangkat satu juta guru honorer menjadi tenaga ASN PPK.

Terlepas dari semua pencapain di atas, di lapangan masih banyak kendala dalam program merdeka belajar yang patut dijadikan bahan evaluasi.

Inti dari Kurikulum Merdeka adalah pembelajaran berdeferensiasi. Yaitu setiap siswa diajar dengan cara berbeda-beda sesuai dengan kemampuan masing-masing setelah diadakan asesemen awal atau asesemen diagnostik.

Syarat pencapain pembelajaran berdeferensiasi harus betul-betul diperhatikan. Jika tidak, maka kurikulum ini hanya akan menjadi kurikulum yang tidak akan memberi dampak signifikan seperti sebelum-sebelumnya.

Sekolah harus memastikan bahwa assesmen diagnostik betul-betul terlaksana bukan hanya sekadar formalitas.

Kurikulum ini diluncurkan untuk menambal learning loss dan memecahkan kebuntuan pendidikan Indonesia yang jalan di tempat selama dua puluh tahun.

Mari jujur terhadap diri sendiri. Apakah semua sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka betul-betul melaksanakan asesmen diagnostik?

Bagaimana mungkin bisa mengajar siswa dengan metode diferensiasi jika dalam satu kelas siswa lebih dari 20 orang, bahkan sampai 50 orang?

Kurikulum Merdeka diadopsi dari negara-negara maju. Jumlah siswa di negara maju dalam satu kelas ada berapa orang?

Sehingga jika kurikulum ini disebut bisa dipakai di semua sekolah, saya terus terang ragu.

Kalau hanya gagah-gagahan, apa beda kurikulum Merdeka dengan K13? Semua guru silahkan bertanya apa sudah mengajar dengan cara yang berbeda-beda terhadap siswa-siswa dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa?

Yang harus dilakukan oleh pemerintah agar Kurikulum Merdeka berjalan dengan baik dan tercapai tujuanya adalah menghilangkan disparitas fasilitas sekolah Jawa dan luar Jawa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com