KOMPAS.com - Meningkatnya jumlah kendaraan tentu membawa dampak buruk bagi lingkungan. Salah satunya menambah polusi udara, terutama di daerah perkotaan.
Selain itu, tren urbanisasi dan pembangunan transportasi menjadi penyumbang meningkatnya emisi karbon CO2 sebesar 2.9 persen setiap tahun.
Ditambah lagi dengan meningkatnya jumlah kendaaan bermotor sebesar 70 persen dalam kurun 10 tahun terakhir menjadi sumber masalah polusi udara di berbagai kota di Indonesia.
Terkait hal itu, lima mahasiswa dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan serta Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (UB) merancang ekosistem karbon biru.
Baca juga: Mahasiswa UB Ciptakan Deterjen Ramah Lingkungan dari Bahan Ini
Tentu tujuannya untuk meningkatkan kualitas udara dengan mengurangi pencemaran emisi.
Kelima mahasiswa UB itu ialah Fikri Ardam, Rara Amerea Sadiidah Hafidoh, Anggita Juy (FPIK), serta Yudhistira (FT) yang dibimbing oleh Bayu Kusuma, S.Pi, M.Sc.
Menurut Fikri, ekosistem Karbon Biru merupakan ekosistem yang memiliki peran carbon sinks atau ekosistem yang dapat menyerap karbon dengan jumlah lebih besar dibandingkan hutan daratan, yakni sebesar 55 persen karbon dunia, dengan contoh padang lamun atau seagrass bed.
"Padang lamun mampu menyimpan 83.000 metrik ton karbon dioksida di udara dalam setiap kilometer persegi," ujarnya dikutip dari laman UB, Kamis (25/8/2022).
"Lebih tinggi jika dibandingkan kemampuan hutan hujan tropis yang menyerap karbon hanya sekitar 30.000 metrik ton/km2," imbuh Fikri.
Dikatakan, ekosistem ini mampu menyerap CO2 dengan mekanisme sekuestrasi yaitu penyerapan karbon dari atmosfer dan penyimpanannya dalam bentuk biomassa seperti daun, batang, akar, serasah, kayu dan bahan organik tanah melalui proses fotosintesis.
Adapun kawasan perkotaan, ekosistem karbon biru ideal di tempatkan pada jalan dengan 4 lajur dua arah yang dilengkapi median dan trotoar.
Baca juga: Mahasiswa UB Gagas Biskuit Peningkat Imunitas
"Kolam di media jalan akan terhubung pada kolam di bawah tanah yang dilengkapi dengan terowongan pejalan kaki," jelasnya.
Tak hanya ekosistem karbon biru, biota laut lainnya juga ditempatkan untuk meningkatkan penyeraban karbon seperti terumbu karang, mikoalga, dan rumput laut.
Selain itu untuk menambah estetika dari kolam ditempatkan berbagai jenis ikan hias.
Di dalam terowongan pejalan kaki ditambahkan fasilitas papan digital sebagai media edukasi, speaker yang akan memainkan alunan suara deburan ombak dan suara-suara khas pantai serta humidifier beraroma mint sehingga tercipta suasana yang menyegarkan.
Diharapkan, melalui ekosistem karbon biru dapat menyelesaikan masalah terkait polusi udara di perkotaan.
Baca juga: Dosen FK UB: Ini Penanganan dan Cara Mencegah Cacar Monyet
Selain itu, pihaknya juga berharap adanya: