KOMPAS.com - Di beberapa negara, kini telah dihebohkan dengan penyebaran wabah cacar monyet (Monkeypox). Penyakit yang berasal dari infeksi virus ini disebabkan oleh virus langka dari hewan.
Adapun gejala umumnya hampir mirip dengan penyakit cacar. Namun, organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan 23 Juli 2022 sebagai global health emergency terhadap wabah Monkeypox.
Menurut Dosen Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya (UB) Dr. dr. Dhelya Widasmara, SpKK (K)., gejala cacar monyet manusia mirip dengan gejala cacar air pada umunya, tetapi cenderung lebih ringan.
Baca juga: Stikes Panti Kosala: Ini Tanda dan Gejala Jantung Koroner
"Yang membedakan adalah, pada cacar monyet didapatkan pembesaran kelenjar getah bening (limfadenopati)," ujarnya dikutip dari laman UB, Rabu (27/7/2022).
Dijelaskan, tanda dan gejalanya yang muncul bergantung pada fase penyakit ini, yang pertama fase prodromal (yang menunjukkan gejala).
Di mana menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan Kemenkes RI, gejala awal pada fase prodromal antara lain:
Sedangkan pada fase erupsi terjadi saat 1-3 hari (kadang-kadang lebih lama) setelah fase prodromal. Pada fase erupsi timbul ruam atau lesi pada kulit.
Biasanya, ruam atau lesi ini dimulai dari wajah, lalu menyebar ke bagian tubuh lainnya secara bertahap, terangnya.
Lalu, ruam atau lesi pada kulit ini akan berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (maculopapular), lepuh yang berisi cairan bening atau nanah, lalu mengeras atau keropeng hingga akhirnya rontok.
Baca juga: 5 Cara Mengatasi Rambut Rontok dari Ners Unair
"Gejala cacar monyet akan berlangsung selama 2−4 minggu sampai periode lesi atau ruam kulit tersebut menghilang," imbuhnya.
Dosen FK UB ini juga mengatakan bahwa penularan virus monkeypox terjadi ketika seseorang bersentuhan dengan hewan, manusia, atau bahan yang terjangkit atau terkontaminasi virus.
Kemudian virus masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit atau luka yang sangat kecil (walaupun tidak terlihat), saluran pernapasan, atau selaput lendir (mata, hidung, atau mulut).
Sedangkan penularan dari hewan ke manusia dapat terjadi melalui gigitan atau cakaran, kontak langsung dengan cairan tubuh atau material dari lesi (seperti darah), atau kontak tidak langsung, seperti melalui alas yang terkontaminasi.
Untuk penularan antar manusia, diperkirakan terjadi terutama melalui droplet (percikan) pernapasan.
Terkait penanganan awal, menurut dia monkeypox adalah jenis penyakit yang bisa sembuh sendiri. Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang spesifik untuk infeksi virus monkeypox, sehingga pengobatan simptomatik dan suportif dapat diberikan untuk meringankan keluhan yang muncul.