Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UNY Inovasi Alat Monitoring Sarang Penyu Otomatis

Kompas.com - 21/08/2022, 14:02 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) merancang alat pemantauan perkembangbiakan penyu.

Adapun perangkat yang dikembangkan berupa purwarupa (prototype) perangkat keras sistem sensor yang dapat mendeteksi kondisi suhu dan kelembaban lingkungan (udara dan pasir).

Serta inovasi perangkat lunak yang dapat digunakan untuk memantau dan mengendalikan suhu dan kelembaban secara jarak jauh melalui aplikasi android maupun web browser berbasis Internet of Think (IoT).

Baca juga: Ini Fitur di Aplikasi Deteksi Dini Stunting Inovasi Mahasiswa UGM

Tim dosen dari UNY itu ialah Purno Tri Aji, M.Eng., Muhammad Irfan Luthfi, M.Pd., Muhammad Izzuddin Mahali, M.Cs., Dr. Eko Marpanaji dan dibantu dua mahasiswa Danang Wijaya dan Muhammad Dzulfiqar Amien.

Menurut Purno Tri Aji, Perubahan cuaca dingin dapat menghambat proses penetasan telur penyu. Ketika suhu dingin, maka angka kegagalan penetasan telur penyu dapat mencapai 50 persen.

"Cuaca dingin membuat banyak telur penyu tidak menetas karena kurangnya panas di sarang telur yang berada di bawah timbunan pasir laut. Selain itu, cuaca dingin akan menghambat waktu pengeraman telur penyu," ujarnya dikutip dari laman UNY, Sabtu (20/8/2022).

Dikatakan, dalam kondisi cuaca normal setara 30 derajat Celcius telur penyu akan menetas setelah 40 hari pengeraman, sedangkan apabila cuaca dingin sekitar 20 derajat Celcius telur penyu akan menetas setelah 55 hari.

Musim kemarau basah juga berpengaruh signifikan terhadap penetasan telur penyu pada sarang semi alami di pantai selatan Jawa.

Kondisi musim ini mengakibatkan pasir pada sarang semi alami lembab, sehingga embrio telur penyu tidak berkembang dengan baik menjadi tukik bahkan menyebabkan gagal menetas.

Baca juga: Mahasiswa Unair Inovasi Deodoran Spray Alami dari Bahan Ini

Selain itu, kondisi pasir yang lembab dapat memicu masuknya organisme lewat pori-pori cangkang telur yang menyebabkan pembusukan pada embrio telur, sehingga telur penyu gagal menetas.

Muhammad Irfan Luthfi, menambahkan kegiatan konservasi penyu meliputi:

1. Pemantauan penyu bertelur dan penetasan telur secara alami.

2. Penangkaran (mulai dari kegiatan pemindahan telur, penetasan semi alami, pemeliharaan tukik hingga pelepasan tukik).

3. Monitoring atau pemantauan penyu (meliputi pemantauan terhadap telur dan sarang telur, tukik dan penyu yang bertelur).

4. Penandaan/tagging.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com