Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Komputer Indonesia di AS Paparkan Beragam Inovasi Canggih

Kompas.com - 09/06/2022, 11:19 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Era revolusi Industri 4.0 menuntut banyak orang untuk beradaptasi sebagai upaya untuk tetap produktif dan tidak tertinggal.

Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Amerika Serikat, Rosan Roeslani mengatakan bahwa lmu pengetahuan, teknologi, serta inovasi merupakan komponen penting untuk meningkatkan daya saing dalam menghadapi derasnya arus persaingan global dan juga membawa Indonesia keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah (middle-income trap).

“Ilmu komputer juga dipakai dalam penerapan e-government khususnya dalam pelayanan publik dan reformasi birokrasi secara umum,” tuturnya dalam Webinar Serial Bincang Karya (Bianka) ke-36 yang mengangkat tema Ilmu Komputer, pekan lalu, seperti dilansir dari laman Kemendikbud Ristek.

Di kesempatan yang sama, Direktur Riset LPDP, Wisnu S. Soenarso menyebut bahwa kebutuhan SDM bidang ilmu komputer belum diimbangi dengan ketersediaan SDM yang cukup.

Baca juga: 10 Pekerjaan yang Bakal Naik Daun di Indonesia 5 Tahun Mendatang

Padahal, menurutnya para ahli komputer kini memegang peran krusial di dunia bisnis digital.

“Untuk itu, LPDP bersama pemerintah mendorong peningkatan jumlah dan mutu generasi muda RI bidang ilmu komputer untuk meningkatkan skill, salah satunya dengan menempuh studi ke Amerika Serikat," paparnya.

Cerita para generasi muda RI yang jadi ilmuwan komputer di AS

Calon doktor ilmu komputer dari Binghamton University, Satrio Baskoro Yudhoatmojo, memaparkan risetnya yang berfokus pada analisa kuantitatif data media sosial dari extremist group dan fringe group seperti kelompok sayap kanan.

“Saya mengambil tema ini karena beberapa tahun belakangan kita bisa melihat berbagai macam polarisasi muncul di platform media sosial. Contohnya, di Indonesia tahun 2019, terdapat beberapa aktivitas yang menggunakan identitas untuk memaksakan agenda tertentu ke khalayak umum,” terang Satrio.

Baca juga: Kemendikbud Luncurkan Beasiswa Indonesia Maju, Kuliah Gratis S1-S2

Menurut Satrio, riset ini bermanfaat bagi Indonesia untuk memahami perkembangan perilaku warga Indonesia khususnya di platform media sosial terkait isu-isu yang menyebabkan terjadinya polarisasi pendapat.

Muhammad Gumilang, pelajar Indonesia yang tengah menyelesaikan studi magister Ilmu Komputer di Cornell University mempresentasikan proyek yang saat ini ia kerjakan bersama Cornell University Law School, yakni legal information institute.

“Proyek yang saya ambil adalah semantic legal systems, yaitu pengembangan program untuk memberikan definisi yang tepat pada kata-kata ambigu pada webpage states regulation. Tugas kami memunculkan kata yang paling tepat sesuai dengan teks pada webpage,” terang Gumilang.

Sementara itu, Muhammad Santriaji, calon doktor bidang Ilmu Komputer di University of Chicago mempresentasikan risetnya yang bertujuan memberikan kemampuan adaptasi terhadap komputer atau sistem komputer yang meliputi aplikasi dan juga perangkat keras (hardware) di komputer itu.

“Selain itu, hal ini juga memberi insentif kepada para pemangku kepentingan yang memberikan kesempatan kepada saya untuk membuat sistem mereka dapat beradaptasi. Seperti bunglon, Ketika ada bahaya warnanya akan berubah,” terang Aji.

Baca juga: Kisah Putri, Siswi Madrasah Anak Petani Raih Beasiswa Kuliah ke Kanada

Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI), Jamal Wiwoho, dalam kesempatan berbeda, menyatakan dukungannya atas upaya KBRI Washington D.C. mendorong generasi muda Indonesia, baik akademisi maupun profesional, meningkatkan keterampilan dengan melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri, salah satunya ke Amerika Serikat.

“Ini kesempatan bagus untuk membuka peluang meningkatkan keterampilan, sehingga mereka bisa menjadi pelopor dan membagikan ilmunya kelak tentu juga berkontribusi terhadap perkembangan teknologi di Indonesia. Terima kasih atas komitmen KBRI Washington D.C. untuk terus menyelenggarakan Bianka,” tutur Jamal.

Menurut Aji, adaptasi dalam hal ini artinya kemampuan konfigurasi kembali untuk menyesuaikan lingkungan. Contohnya yakni dalam sistem cloud, di mana Aji membuat sistem cloud untuk beradaptasi menggunakan sumber daya berdasarkan jumlah pengguna yang memakai sistem tersebut untuk mengatasi permasalahan yang muncul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com