Oleh: Antania Djuwita, Sri Tiatri dan Pamela Hendra Heng
Ibu Guru: Rio, kamu memperhatikan penjelasan ibu, tidak?
Rio: ee…, hmm.., gimana bu? (tersentak kaget sambil garuk-garuk kepala)
Ibu Guru: makanya fokus, Rio! Fokus! Berapa kali ibu ingatkan kamu jangan melamun terus.
DEMIKIAN sepenggal percakapan antara guru dengan siswa, yang mengilustrasikan bagaimana frustasinya seorang guru saat berhadapan dengan siswa yang sulit memusatkan atensi (perhatian).
Sebenarnya masalah atensi umum kita dengar, baik di kalangan anak-anak maupun orang dewasa.
Mulai dari keluhan sulit memusatkan atensi saat mendengarkan informasi, sulit mempertahankan atensi pada hal yang sedang dikerjakan, hingga Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) yang berdampak pada hasil belajar atau kinerja seseorang.
Charlotte Mason, seorang pemerhati pendidikan, menyatakan bahwa kebiasaan untuk menjaga perhatian (habit of attention) adalah ciri manusia profesional.
Tanpa hal tersebut, pikiran akan selalu terseret dalam berbagai arus, ide-ide yang senantiasa melintas di otak secara silih berganti (Ellen, 2013).
Kemampuan untuk memusatkan serta mempertahankan perhatian selama periode waktu tertentu, atau yang biasa dikenal dengan sustained attention (konsentrasi), sangat dibutuhkan dalam proses belajar.
Seperti, misalnya, saat seseorang sedang membaca bab dari buku dari awal hingga selesai tanpa henti (Santrock, 2008).
Dalam pembahasan mengenai masalah atensi, perlu diketahui bahwa prevalensi GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas) di Indonesia, termasuk cukup tinggi angkanya, yaitu mencapai 26,4 persen (Awiria & Dariyanto, 2020).
Salah satu kendala yang dihadapi para guru dalam mengajar adalah saat berhadapan siswa dengan masalah atensi.
Dalam situasi demikian, seringkali emosi guru menjadi kurang stabil. Bukan hanya guru yang menjadi mudah marah dan frustrasi, namun kondisi emosi siswa juga terdampak (Anwar, 2014).
Andaikan guru dapat mendeteksi lebih awal siswa dengan masalah atensi, maka menjadi lebih memungkinkan bagi guru untuk menyusun strategi pembelajaran guna menanganinya dengan lebih baik (Gemilang, 2016; Commodari, 2017).
Lantas, bagaimana mendeteksinya?
Penulis melakukan studi yang terkait beberapa fungsi utama kognitif manusia. Fungsi kognitif yang berkaitan erat dengan fungsi atensi antara lain Gf (fluid intelligence), Gwm (working memory), Gs (speed processing).