Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar ITS Sebut Hujan Es Bahaya bagi Kesehatan, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 24/02/2022, 09:43 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Kota Surabaya dihebohkan dengan fenomena hujan es yang turun bersamaan dengan hujan deras dan angin kencang, pada Senin (21/2/2022).

Selain menyebabkan kerusakan fisik di sejumlah fasilitas umum dan pribadi, hujan es disertai angin kencang nyatanya juga memberi dampak bagi tercemarnya kualitas udara ambien.

Baca juga: 16 Kampus Terbaik Versi QS WUR 2022, Jadi Acuan di SNMPTN dan SBMPTN

Atas dasar hal itu, Kepala Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Arie Dipareza Syafei angkat suara.

Dia mengimbau masyarakat untuk tidak panik menghadapi fenomena hujan es.

Dia menegaskan, hujan es sebenarnya memiliki kandungan yang tidak jauh berbeda dengan hujan biasa.

"Hanya berbeda bentuk, yang satu air, yang satu padat," ujar dia melansir laman ITS, Kamis (24/2/2022).

Meski demikian, Arie membenarkan, hujan es membawa polutan dari atmosfer.

Bukan sekadar membawa partikel debu yang berukuran kecil.

Dia mengungkapkan, hujan es juga mengandung gas-gas emisi seperti nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan karbon monoksida.

Lelaki yang menekuni bidang pencemaran udara dan perubahan iklim ini menuturkan, hujan memang membawa polutan karena zat-zat emisi dari bumi akan bertumbukan dan menempel dengan droplet air yang ada di atmosfer.

Baca juga: JHT Cair di Usia 56 Tahun, Profesor Unair: Bikin Pekerja Makin Miskin

"Dalam kasus hujan es, campuran air tersebut mengalami kristalisasi akibat pergerakan udara yang mempengaruhi suhu," sebut dia.

Mengingat hujan es biasanya disertai angin kencang, Arie justru menyahut bahwa hal yang harus diwaspadai adalah sebaran polutan yang meluas.

Dia menyebut, turbulensi angin akan mempercepat proses pengenceran polutan.

Maksudnya, gugus-gugus emisi yang ada dalam hujan es akan terdispersi secara lebih cepat dan luas.

Peraih gelar doktoral di Universitas Hiroshima ini menambahkan, ketika angin bergerak lurus secara horizontal, polutan yang ada di dalam hujan es berpotensi terbawa ke wilayah lain yang ada di dekatnya.

"Seperti kemarin, fenomena hujan es tidak hanya terjadi di Surabaya, tapi dikabarkan juga terjadi di Madiun, Nganjuk, hingga Kediri," tutur dia.

Dia berharap, pengalaman menyaksikan hujan es membuat masyarakat lebih berhati-hati dan teredukasi.

Masyarakat harus sadar bahwa dalam bongkahan hujan es terkandung senyawa polutan yang tidak ramah bagi lingkungan dan kesehatan.

Baca juga: 8 Jurusan Langka S1 di Indonesia yang Prospek Kerjanya Tinggi

"Jangan mentang-mentang hujan es, dipakai untuk minum es teh," pungkas Arie.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com