BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Jakarta Intercultural School

Mengurai Risiko di Balik Penerapan PJJ jika Dilakukan Berkepanjangan

Kompas.com - 21/05/2021, 16:07 WIB
Hotria Mariana,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) di Indonesia telah berlangsung lebih dari satu tahun akibat pandemi. Selama itu pula, keseruan bersekolah tidak dirasakan oleh pelajar Tanah Air.

Tak hanya itu, pelaksanaan PJJ juga banyak menemui hambatan. Bahkan, setelah dievaluasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), metode belajar tersebut memberikan dampak serius bagi murid jika dilakukan berkepanjangan.

Diberitakan Kompas.com, Jumat (20/11/2020), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim membeberkan tiga risiko yang dimaksud.

Risiko pertama, anak terancam putus sekolah. Hal ini dikarenakan adanya perubahan persepsi orangtua akan fungsi lembaga pendidikan.

Baca juga: Mendikbud: Ini 3 Dampak Negatif Jika Terlalu Lama PJJ

Banyak dari mereka tidak melihat peran sekolah karena pembelajaran lebih banyak dilakukan di rumah. Bahkan, ada pula yang menganggap bahwa sekolah kini sedang memasuki masa libur berkepanjangan.

Ditambah dengan krisis finansial akibat pandemi Covid-19, anak bisa saja diminta orangtua untuk bekerja demi membantu menyelamatkan keuangan keluarga.

Risiko kedua, anak mengalami masalah tumbuh kembang, baik secara kognitif maupun karakter. Adapun penyebab masalah ini terdiri dari dua aspek, yaitu penurunan capaian belajar akibat perbedaan akses dan kualitas selama PJJ, khususnya pada anak yang berasal dari sosio-ekonomi berbeda.

Kemudian, learning loss atau kehilangan minat belajar. Saat terlalu lama belajar di rumah, anak akan merasa bosan dan enggan untuk melakukan aktivitas tersebut. Alhasil, perkembangan kognitifnya pun terhambat.

Baca juga: PJJ Berkepanjangan, Pengamat Pendidikan UGM Khawatirkan Learning Loss

Risiko ketiga, anak rentan mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan berbagai tekanan psikososial, serta tindak eksploitasi. Bahkan, ada pula anak yang terpaksa menjalani pernikahan dini. Masalah-masalah tersebut umumnya tidak diketahui oleh guru.

Tak hanya itu, PJJ menyebabkan anak stres lantaran mereka mengalami penurunan komunikasi dengan guru dan teman.

Jakarta Intercultural School menjadi salah satu sekolah percontohan di Jakarta yang menerapkan pembelajaran tatap muka di masa pandemi.DOK.JAKARTA INTERCULTURAL SCHOOL Jakarta Intercultural School menjadi salah satu sekolah percontohan di Jakarta yang menerapkan pembelajaran tatap muka di masa pandemi.

Solusi menghindari dampak PJJ

Guna menghindari dampak negatif dari penerapan PJJ jangka panjang tersebut, Kemendikbud mengupayakan untuk membuka kembali pembelajaran tatap muka (PTM) melalui dua skema.

Pertama, PTM diperbolehkan untuk semua jenjang pendidikan yang berada di zona hijau dan kuning. Kedua, penyelenggara pendidikan diberi fleksibilitas dalam menentukan kurikulum sesuai kebutuhan peserta didik.

Namun, dengan catatan, penyelenggaraan PTM di satuan pendidikan yang berada di daerah tersebut wajib menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Selain itu, jumlah murid dalam kelas juga wajib dikurangi. Maksimal 50 persen dari kapasitas kelas.

Adapun hal tersebut diatur dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Baca juga: Kemendikbud Ristek: Berikut Prosedur PTM Terbatas di SD

Meski begitu, Kemendikbud menekankan bahwa PTM tidak bersifat wajib. Orangtua murid pun diberi hak penuh untuk menentukan metode pembelajaran yang terbaik bagi anak.

Upaya Kemendikbud untuk membuka kembali PTM pun disambut baik pihak sekolah, salah satunya Jakarta Intercultural School (JIS).

Proses pembersihan dan disinfeksi di lingkungan JIS.DOK. JAKARTA INTERCULTURAL SCHOOL Proses pembersihan dan disinfeksi di lingkungan JIS.

Demi menjamin keamanan siswa dan guru saat PTM digelar, JIS telah melakukan persiapan dan penyesuaian yang mencakup aspek kebersihan, kesehatan, keamanan, serta psiko-sosial.

Berkat upaya tersebut, JIS terpilih sebagai salah satu dari 85 sekolah di Jakarta yang menjadi percontohan pelaksanaan PTM pada masa pandemi.

Baca juga: JIS Mulai Belajar Tatap Muka dengan Penerapan Protokol Kesehatan Ketat serta Sediakan Psikolog untuk Siswa

Terkait higienitas, JIS membersihkan dan mendisinfeksi lingkungan sekolah setiap hari. Kegiatan ini melibatkan lebih dari 80 petugas kebersihan yang terbagi menjadi dua shift kerja.

Adapun pembersihan dan sanitasi tersebut dilakukan secara menyeluruh, terutama di tempat-tempat yang digunakan oleh siswa dan guru. Contohnya, kelas, kamar mandi, kafetaria, dan area rekreasi.

Selain itu, JIS juga bekerja sama dengan Aeon, sebuah perusahaan Jepang yang bergerak di bidang pembersihan dan manajemen fasilitas.

Lewat kerja sama itu, JIS mendapatkan fasilitas pembersihan dengan menggunakan disinfektan bebas alkohol Sanifect besutan Klenco.

Baca juga: Soal Rencana Pembukaan Sekolah Tatap Muka Juli 2021, Ini Kata IDAI

Diwartakan dari Kompas.com, Kamis (29/4/2021), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan pihak sekolah untuk menggunakan pemurni udara yang memiliki high efficiency particulate air (HEPA) filter.

Pasalnya, teknologi tersebut dapat menjaga kualitas udara di dalam ruangan tetap bersih dari virus, bakteri, dan kuman.

Agar kesehatan di lingkungan sekolah semakin optimal, JIS pun menempatkan pemurni udara berteknologi HEPA filter dan ion plasmacluster pada setiap kelas.

Tak berhenti sampai di situ, JIS juga menyediakan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan protokol kesehatan. Sebut saja wastafel, hand sanitizer, face shield, dan rambu jaga jarak.

Baca juga: Seperti Ini Protokol Kesehatan Pembelajaran Tatap Muka di Zona Kuning

Siswa JIS sedang mencuci tangan pada salah satu fasilitas di JIS. Saat ini para siswa JIS sudah menjalani sistem blended learning yang mewarnai uji coba pembukaan sekolah secara terbatas.DOK. JAKARTA INTERCULTURAL SCHOOL Siswa JIS sedang mencuci tangan pada salah satu fasilitas di JIS. Saat ini para siswa JIS sudah menjalani sistem blended learning yang mewarnai uji coba pembukaan sekolah secara terbatas.

Lima fase pembukaan sekolah

Untuk diketahui, JIS telah menyiapkan lima fase terkait pelaksanaan PTM di masa pandemi. Adapun fase pertama adalah memberlakukan PJJ secara penuh.

Kemudian, fase kedua hingga kelima, JIS mengoptimalkan metode blended learning di tengah penerapan PTM. Pada tiap fase, JIS akan meningkatkan durasi waktu dan hari murid berkegiatan di sekolah. Namun, hal ini dilakukan sesuai kondisi dan kebijakan dari pemerintah ke depannya.

JIS berharap, empat fase terakhir dapat terlewati. Dengan begitu, semua siswa bisa kembali belajar di sekolah seperti sebelumnya. Namun, dengan aturan kenormalan baru, serta protokol kesehatan dan keselamatan yang ditingkatkan.

Baca juga: Apa Itu Blended Learning? Simak Penjelasan Berikut Keuntungannya

Blended learning sendiri dianggap sebagai metode pembelajaran ideal di masa new normal pandemi Covid-19. Pasalnya, selain menghindari potensi kerumunan di lingkungan sekolah, metode tersebut juga dapat menjaga efektivitas kegiatan belajar dan mengajar.


Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com