Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profesor IPB: Lebih dari 200 Penyakit Ditularkan Lewat Makanan

Kompas.com - 29/04/2021, 19:18 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Dosen IPB dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Prof. Ratih Dewanti mengaku, lebih dari 200 penyakit dapat ditularkan melalui makanan, sehingga menjadi kekhawatiran bagi masyarakat agar pangan dapat diolah dengan baik.

Penanganan pangan siap saji yang tidak higienis berpotensi menyebabkan keracunan pangan. Angka kasus keracunan pangan di Indonesia yang tinggi menunjukkan adanya permasalahan serius.

Baca juga: Beri ASI Eksklusif, Pakar Unair: Bayi Tumbuh Optimal

Kasus keracunan tersebut bahkan didominasi oleh masakan rumah tangga hingga hampir 46 persen.

Karakteristik dan budaya masyarakat Indonesia yang beragam juga menghasilkan menu, pengolahan dan cita rasa yang berbeda.

Bila dihubungkan dengan kondisi iklim Indonesia yang tropis, hal tersebut juga menjadi zona nyaman bagi bakteri untuk berkembang. Sehingga pangan siap saji di Indonesia cenderung memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda.

"Manusia berhak atas pangan yang layak terkait mutu dan aman terkait bebas dari penyakit," kata dia melansir laman IPB, Kamis (29/4/2021).

Sesungguhnya, bilang dia, tidak ada pangan yang 100 persen aman, pasti akan selalu membawa risiko.

"Sehingga masyarakat perlu menerapkan praktik pengolahan pangan yang baik agar dapat menekan risiko serendah mungkin sehingga keamanan pangan terkendali," sebut dia.

Menurut Ratih, bahaya keamanan pangan bisa berupa bahaya biologi, kimia, dan fisik.

Bahaya kimia seperti racun-racun dari kegiatan manusia misalnya residu pestisida bila tidak ditangani akan menjadi masalah yang berkelanjutan.

Makanan tidak selalu aman 

Seiring dengan pengetahuan yang terus bertambah, jenis kontaminan baru selama pengolahan juga menjadi informasi yang penting bagi keamanan pangan.

"Ini menjadi konsen bersama. Memang bahaya ini bisa terdapat dalam pangan, tidak ada yang zero risk, tidak ada yang bisa nol habis semua," jelas dia.

Baca juga: Ayah Berperan Penting terhadap Pola Asuh Anak

Dia menegaskan, untuk menjadi zero bisa saja, tapi tidak ada yang bisa dipanen, tidak ada yang bisa dimakan, sehingga manusia berkompromi pada suatu angka yang dianggap aman.

Data dari berbagai negara menunjukkan bahwa pangan siap saji pada industri jasa boga seringkali menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

Kejadian itu diasosiasikan dengan restoran maupun masakan rumah tangga. Studi juga menemukan bahwa sebagian besar KLB disebabkan oleh pengolahan pangan yang tidak tepat.

Faktor penyebabnya bisa karena pangan berasal dari sumber tercemar, pemasakan yang tidak cukup, peralatan yang tercemar, kehigienisan pekerja yang tidak memadai, dan suhu penyimpanan yang salah.

"Studi kasus di Dramaga Bogor dan sekitarnya menunjukkan masih perlu ditingkatkannya pengetahuan teknis tentang keamanan pangan, khususnya terkait sanitasi dan kehigienisan pekerja dan pengolahan yang tepat," ujarnya.

Lima kunci keamanan pangan

Dia menambahkan, adapun lima kunci WHO yakni clean, cook, separate, keep, dan wáter-raw materials dapat diaplikasikan untuk pengendalian keamanan di semua tahap untuk mencapai keamanan pangan from farm to table.

Baca juga: Dosen UGM: Reshuffle Kabinet Harus Tingkatkan Kinerja Kementerian

"Kunci-kunci keamanan pangan ini bisa menjadi alat sederhana yang dapat diterapkan di skala rumah tangga," terang Ratih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com