Oleh: Abdullah | Fasilitator Pembelajaran Tanoto Foundation Kabupaten Siak, Riau
KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 mengancam menurunnya kualitas pendidikan dan menghilangkan hak siswa untuk belajar. Di sisi lain, pandemi ini membawa siswa kepada dua hal yaitu; menemukan cara baru untuk belajar atau mereka tidak berdaya dengan keadaan ini.
Dunia pendidikan di era new normal terus berbenah untuk memberikan pelayanan pendidikan yang baik kepada siswa. Model pembelajaran jarak jauh dengan sistem daring dikembangkan dan berangsur-angsur mulai diterapkan.
Namun, pernahkah kita sadari bahwa berbagai masalah muncul ketika sistem pembelajaran tidak lagi dengan tatap muka?
Wilayah Indonesia yang sangat luas dimana sebagian besar tinggal di daerah pedesaan dengan tingkat pendidikan dan penguasaan teknologi yang rendah. Sarana prasarana juga belum memadai dan berbagai hal penghambat lainnya.
Hal ini menyebabkan proses pembelajaran daring sulit diterapkan secara efektif.
Untuk itu sekolah dan guru perlu melakukan hal-hal sebagai berikut untuk mewujudkan pendidikan new normal berbasis teknologi.
Baca juga: Orangtua, Ini Buku Saku Panduan Tahun Ajaran Baru dari Kemendikbud
Ketika pembelajaran secara daring digaungkan, guru telah melakukan aksi cepat untuk melaksanakan sistem pembelajaran tersebut kepada siswa. Tetapi apa yang terjadi?
Hanya beberapa persen siswa yang mampu mengikuti pembelajaran secara daring. Jelaslah proses pemberian hak belajar kepada seluruh siswa tidak tercapai.
Para pendidik merasakan betul ketika melaksanakan pembelajaran daring dalam satu kelas terdiri dari 34 orang siswa, hanya diikuti kurang dari separuh jumlah siswa yang ada di kelas tersebut.
Hal ini disebabkan pada saat pembelajaran sebagian besar peserta didik tidak berada dirumah tetapi melaksanakan aktifitas membantu orangtua seperti di perkebunan sawit, karet, persawahan bahkan menjadi buruh dan berjualan dipasar.
Hal yang bisa dilakukan guru adalah pertama membuat kelompok belajar kecil yang terdiri dari tiga atau empat orang siswa. Merebut hati siswa adalah merangkul teman-teman terbaiknya.
Guru membuat kelompok belajar kecil tersebut dengan memberikan hak kepada siswa untuk memilih teman kelompoknya masing-masing.
Kedua, lakukan kunjungan ke rumah siswa yang belum bisa bergabung ke kelas daring. Lakukan diskusi terbuka untuk mengetahui kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi siswa.
Ketika hal ini dilakukan maka guru bisa menganalisa faktor penghambat yang dihadapi siswa, sehingga tindakan tepat bisa dilakukan dengan cepat.