Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Pertalite di Indonesia Lebih Murah, Jokowi: Sampai Kapan Kita Bisa Menahan Ini?

Kompas.com - 28/05/2022, 18:40 WIB
Muhamad Syahrial

Penulis

KOMPAS.com - Harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite di Indonesia disebut lebih murah dibandingkan dengan sejumlah negara lain di dunia.

Klaim tersebut disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa (24/5/2022).

Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Selasa (24/5/2022), Jokowi mengatakan, pemerintah terus berupaya menahan agar harga Pertalite tidak naik dari angka Rp 7.650 per liter.

"Di Singapura sekarang harga BBM sudah 32.000, Jerman sudah diangka 31.000, Thailand 20.000. Kita ini (Indonesia) Pertalite masih 7.650, sekali lagi Rp 7.650. Pertamax Rp 12.500, yang lain (harganya) sudah jauh sekali," kata Jokowi.

Menurut Jokowi, murahnya BBM di Indonesia dibandingkan dengan negara lain karena pemerintah terus menahan kenaikan harga.

Baca juga: YLKI: Rencana Kenaikan Tarif Dasar Listrik, Pertalite, serta Elpiji 3 KG Harus Ditolak

Akan tetapi, Jokowi menyampaikan, upaya tersebut tidak mudah, lantaran pemerintah harus menanggung subsidi energi dari APBN yang jumlahnya semakin besar.

"Sampai kapan kita bisa menahan ini? Ini pekerjaan kita bersama-sama," ujar Jokowi.

"Sehingga saya minta kementerian dan lembaga, pemerintah daerah, memiliki sense yang sama. Berat, menahan harga seperti itu berat," imbuhnya.

Selain di sektor energi, Jokowi menuturkan, pemerintah juga berupaya untuk menahan kenaikan harga gas, listrik, serta pangan.

Misalnya, harga beras di Indonesia terbilang lebih murah jika dibandingkan dengan negara lain. Harga beras di Tanah Air masih sekira Rp 10.700 per kilogram, sedangkan di banyak negara lain, harga beras telah naik sebesar 30-40 persen, bahkan ada yang mencapai lebih dari 60 persen.

Baca juga: Alasan Pemerintah Akan Naikkan Tarif Listrik, Elpiji 3 Kg, Pertalite, dan Solar

Kenaikan harga barang-barang ini mengakibatkan angka inflasi naik. Amerika yang kenaikan inflasinya tak pernah lebih dari 1 persen, kini berada di angka 8,3 persen.

Sementara itu, Turki mengalami kenaikan inflasi cukup signifikan yakni mencapai hampir 70 persen.

Berkaca dari beberapa negara lain, Jokowi bersyukur inflasi di Indonesia kini masih di angka 3,5 persen.

"Tetapi karena kita menahan (kenaikan harga) Pertalite, gas, listrik, begitu itu (harga) kita ikutkan ke harga perekonomian ya pasti inflasi kita akan mengikuti, naik," jelasnya.

Presiden mengatakan, situasi sulit dialami semua negara pada beberapa waktu belakangan. Ketika pandemi virus Corona selesai, setiap negara merencanakan pemulihan ekonomi.

Baca juga: Selain Pertamax, Luhut Beri Kode Bakal Ada Kenaikan Pertalite hingga Elpiji 3 Kg

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com