Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
charles dm
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama charles dm adalah seorang yang berprofesi sebagai Freelancer. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Penantian 12 Tahun, Korea Selatan Juarai Piala Uber 2022 usai Runtuhkan Dominasi China

Kompas.com - 15/05/2022, 07:19 WIB
Kompasianer charles dm,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Teknik, mental, hingga semangat juang. An Seyoung mampu merebut gim pertama, 21-17  setelah tertinggal 4-11 berkat kecepatan, akurasi pukula, pertahanan yang rapat, ditambah banyaknya eror yang dilakukan Chen.

Belajar dari gim pertama, Chen pun bangkit di set kedua. Kemenangan 21-18  kemudian mengantar penonton pada pertarungan berkelas.

An yang tertinggal 0-6 dalam skor "head to head" kembali mendapatkan momentum seperti di gim pertama. Ia mampu merebut poin demi poin hingga unggul 11-5. Selisih poin yang cukup jauh tidak membuat Chen menyerah.

Chen kemudian mengalami masalah pada kakinya. Ia mengerang kesakitan dan harus mendapat perawatan sejenak. Sambil meringis kesakitan ia kembali ke arena.

Ketenangan dan kesabaran Chen akhirnya memberinya kesempatan untuk mengejar bahkan hingga mampu menyamakan kedudukan.

Baca juga: Daftar Juara Piala Uber: Raih Gelar Kedua, Korea Selatan Dekati Indonesia

Situasi serupa terjadi pada An. Pemain berusia 20 tahun itu harus jatuh bangun meladeni Chen. Dari sorotan kamera tertangkap jelas raut wajah kesakitan. Beberapa kali ia harus terduduk sambil memegang kakinya.

Namun, An tidak memilih mundur walau harus tertatih-tatih menahan perih. Ia terus berjuang bahkan hampir saja memetik kemenangan saat memimpin 19-16 dan lebih dahulu merebut "championship point."

Chen dengan kematangannya berhasil mengimbangi semangat juang tinggi lawannya. Ia berusaha bermain aman dan sejauh dapat tidak melakukan kesalahan. Strategi yang berjalan baik yang memberinya dua poin kemenangan.

Pertandingan yang berakhir dengan skor 21-17 15-21 20-22 dalam waktu 1 jam dan 31 menit adalah pembukaan yang pas untuk sebuah partai final.

Ini akan menjadi yang pertama bagi Korea sejak kekalahan 3-1 mereka dari lawan yang sama di Kunshan enam tahun lalu. Satu-satunya gelar mereka di tahun 2010 juga datang melawan Cina di Kuala Lumpur.

Kebangkitan Lee/Shin

Sebelum ini, Lee So Hee/Shin Seung Chan dan Chen Qing Chen/Jia Yi Fan sudah lima kali bertemu di berbagai kejuaraan.

Pertemuan terakhir terjadi belum lama ini, yakni di Kejuaraan Dunia 2021. Saat itu, Chen/Jia dalam posisi sudah menjadi pasangan nomor satu dunia menang straight set 16-21 dan 17-21 atas Lee/Shin yang juga sudah berada tepat di belakang Chen/Jia.

Kemenangan itu membuat Chen/Jia sukses menjaga catatan sempurna atas Lee/Shin. Apakah ranking dunia yang lebih tinggi dan rekor pertemuan yang sempurna otomatis memberi Chen/Jia kemenangan di pertemuan keenam ini?

Ternyata tidak, kawan! Lee/Shin menunjukkan semangat pantang menyerah. Setelah tertinggal cukup jauh di set pertama, 12-21, keduanya berhasil bangkit untuk merebut dua game berikutnya.

Skor akhir 12-21 21-18 21-18 untuk Lee/Shin merupakan hasil dari perjuangan melelahkan untuk meladeni lawan dengan pertahanan yang baik dan serangan yang agresif.

Lee/Shin bisa mengubah tekanan tambahan setelah timnya tertinggal 0-1 menjadi motivasi untuk memutus laju poin China dengan kesabaran, keuletan, dan keberanian untuk terus menekan lawan. Sempat tertinggal 9-11 saat interval, keduanya mampu bangkit untuk mengunci kemenangan rubber game itu untuk membuat skor kedua tim sama kuat.

Kim Ga Eun tak berkembang

Korea Selatan berusaha memanfaatkan momentum untuk berbalik memimpin di partai ketiga. Kim Ga Eun yang menjadi salah satu pahlawan Korea Selatan di babak semifinal harus meladeni He Bing Jiao yang memiliki ranking dunia lebih baik dan lebih unggul dalam catatan pertemuan.

Memang tidak mudah bagi Kim untuk membendung smes keras dan variasi permainan lawannya yang berada di ranking 9 BWF itu.

Unggul dengan skor telak di gim pertama membuat He Bing Jiao tak memberi kesempatan bagi Kim untuk bangkit. Kim justru tampil terburu-buru dan banyak melakukan kesalahan dengan pukulan-pukulan yang tak mengenai sasaran.

Kim seperti kehilangan permainan terbaiknya. Ia tak bisa berkembang karena terus berada dalam tekanan.

Sebaliknya, He terus melaju hingga menutup pertandingan 43 menit dalam dua gim 12-21 13-21. Kemenangan ini membuat He memperbaharui skor kemenangannya atas Kim menjadi 4-1 dan menempatkan China satu tahap lebih dekat menuju podium juara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com