Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penantian 12 Tahun, Korea Selatan Juarai Piala Uber 2022 usai Runtuhkan Dominasi China

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Akhir Penantian 12 Tahun Korea Selatan, Juara Piala Uber 2022 Usai Runtuhkan Dominasi China"

KOMPAS.com - Tim Korea Selatan akhirnya bisa merebut Piala Uber 2022 pada pertandingan melawan China di Impact Arena, Bangkok, Thailand, Sabtu (14/5/2022) petang hingga malam WIB.

Pertandingan ini merupakan pertarungan antara juara bertahan sekaligus tim paling sukses di kejuaraan beregu putri menghadapi negara yang memburu trofi kedua setelah terakhir kali menjadi juara 12 tahun silam.

Korea Selatan sudah delapan kali ke final namun baru sekali menjadi juara. Gelar pertama Negeri Ginseng itu direbut pada 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia, dengan mengalahkan China 3-1.

Artinya, tujuh kali mereka harus puas sebagai runner-up. Tahukah Anda siapa yang membuat Korea mengalami antiklimaks dalam lebih dari setengah lusin kesempatan? China.

Satu-satunya kemenangan Korea Selatan atas China terjadi lebih dari satu dekade silam dan kekalahan terakhir Korea terjadi pada Piala Uber edisi 2016 di Kunshan, China dengan skor serupa, 1-3.

Apakah dalam posisi superior China bisa dengan mudah kembali ke tangga juara? Apakah Korea kemudian hanya puas berdiri di podium kedua di final kesembilan atau puas sebagai runner-up untuk ke delapan kalinya?

Sepertinya tidak! Korea menolak tunduk. Malah mereka berbalik meruntuhkan dominasi Negara Tirai Bambu itu dengan kemenangan 3-2.

Lolosnya China ke partai pamungkas tidak terlalu mengejutkan. Dengan kedalaman skuat yang baik mereka bisa melewati setiap rintangan .

Ada ganda putri nomor satu dunia, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan, mantan penguasa tunggal putri yang kini berada di posisi tiga BWF, Chen Yufei, berikut He Bing Jiao yang berada di ranking 9 BWF, dan kombinasi senior-junior dalam diri Huang Dong Ping/Li Wen Mei.

Tidak heran bila China keluar sebagai juara Grup B dan tak mampu dijegal Indonesia dan Thailand di babak gugur.

Sapu bersih tiga kemenangan pertama atas kedua wakil Asia Tenggara itu kemudian mengantar mereka ke partai pamungkas untuk ke-19 kalinya.

Sementara itu, Korea Selatan melakukan upaya luar biasa dengan mengandalkan para pemain muda terutama di sektor tunggal dengan melakukan banyak kejutan mulai dari fase grup.

Merebut predikat juara grup B, Korea kemudian memetik kemenangan dengan skor telak seperti yang dilakukan China di fase "knock out", saat berjumpa Denmark dan Jepang.

Kemenangan Korea Selatan atas tim yang disebutkan terakhir di atas adalah adalah pencapaian tersendiri. Betapa tidak, Jepang memiliki materi pemain yang lebih berpengalaman dan memiliki peringkat dunia lebih baik.

Sebut saja Akane Yamaguchi, tunggal putri nomor satu dunia yang menelan pil pahit saat menghadapi Bilqis Prasista di pertandingan terakhir penyisihan Grup A. Nozomi Okuhara berperingkat enam BWF dan Nami Matsuyama/Chiharu Shida yang berada di lingkaran tujuh besar dunia.

Ketiga andalan Negeri Sakura itu tak berkutik saat menghadapi An Seyoung (ranking 4), Lee Sohee/Shin Seungchan (ranking 2) dan Kim Gaeun (ranking 19).

"Saya lebih tenang di awal karena keunggulan kami tetapi kehilangan sedikit kepercayaan diri setelah game kedua. Terima kasih atas semua sorakan dari rekan satu tim saya, saya bisa kembali," beber Kim Gaeun usai mengalahkan Okuhara seperti dilansir dari situs resmi BWF.

Kim Gaeun sungguh memanfaatkan situasi Okuhara yang berada dalam tekanan setelah timnya tertinggal 0-2. Okuhara banyak melakukan kesalahan sendiri yang jelas merugikan timnya.

Walau memiliki ranking dunia lebih rendah, Kim Gaeun akhirnya bisa mengunci kemenangan dalam pertemuan pertama menghadapi Okuhara sekaligus mengantar timnya ke babak final.

Duel berkelas

Inilah yang terlihat di partai pertama babak final antara An Seyoung versus Chen Yufei. Kedua pemain top itu memperlihatkan duel yang menghibur. Kualitas mereka sebagai pemain elite benar-benar terlihat hampir dalam semua sisi.

Teknik, mental, hingga semangat juang. An Seyoung mampu merebut gim pertama, 21-17  setelah tertinggal 4-11 berkat kecepatan, akurasi pukula, pertahanan yang rapat, ditambah banyaknya eror yang dilakukan Chen.

Belajar dari gim pertama, Chen pun bangkit di set kedua. Kemenangan 21-18  kemudian mengantar penonton pada pertarungan berkelas.

An yang tertinggal 0-6 dalam skor "head to head" kembali mendapatkan momentum seperti di gim pertama. Ia mampu merebut poin demi poin hingga unggul 11-5. Selisih poin yang cukup jauh tidak membuat Chen menyerah.

Chen kemudian mengalami masalah pada kakinya. Ia mengerang kesakitan dan harus mendapat perawatan sejenak. Sambil meringis kesakitan ia kembali ke arena.

Ketenangan dan kesabaran Chen akhirnya memberinya kesempatan untuk mengejar bahkan hingga mampu menyamakan kedudukan.

Situasi serupa terjadi pada An. Pemain berusia 20 tahun itu harus jatuh bangun meladeni Chen. Dari sorotan kamera tertangkap jelas raut wajah kesakitan. Beberapa kali ia harus terduduk sambil memegang kakinya.

Namun, An tidak memilih mundur walau harus tertatih-tatih menahan perih. Ia terus berjuang bahkan hampir saja memetik kemenangan saat memimpin 19-16 dan lebih dahulu merebut "championship point."

Chen dengan kematangannya berhasil mengimbangi semangat juang tinggi lawannya. Ia berusaha bermain aman dan sejauh dapat tidak melakukan kesalahan. Strategi yang berjalan baik yang memberinya dua poin kemenangan.

Pertandingan yang berakhir dengan skor 21-17 15-21 20-22 dalam waktu 1 jam dan 31 menit adalah pembukaan yang pas untuk sebuah partai final.

Ini akan menjadi yang pertama bagi Korea sejak kekalahan 3-1 mereka dari lawan yang sama di Kunshan enam tahun lalu. Satu-satunya gelar mereka di tahun 2010 juga datang melawan Cina di Kuala Lumpur.

Kebangkitan Lee/Shin

Sebelum ini, Lee So Hee/Shin Seung Chan dan Chen Qing Chen/Jia Yi Fan sudah lima kali bertemu di berbagai kejuaraan.

Pertemuan terakhir terjadi belum lama ini, yakni di Kejuaraan Dunia 2021. Saat itu, Chen/Jia dalam posisi sudah menjadi pasangan nomor satu dunia menang straight set 16-21 dan 17-21 atas Lee/Shin yang juga sudah berada tepat di belakang Chen/Jia.

Kemenangan itu membuat Chen/Jia sukses menjaga catatan sempurna atas Lee/Shin. Apakah ranking dunia yang lebih tinggi dan rekor pertemuan yang sempurna otomatis memberi Chen/Jia kemenangan di pertemuan keenam ini?

Ternyata tidak, kawan! Lee/Shin menunjukkan semangat pantang menyerah. Setelah tertinggal cukup jauh di set pertama, 12-21, keduanya berhasil bangkit untuk merebut dua game berikutnya.

Skor akhir 12-21 21-18 21-18 untuk Lee/Shin merupakan hasil dari perjuangan melelahkan untuk meladeni lawan dengan pertahanan yang baik dan serangan yang agresif.

Lee/Shin bisa mengubah tekanan tambahan setelah timnya tertinggal 0-1 menjadi motivasi untuk memutus laju poin China dengan kesabaran, keuletan, dan keberanian untuk terus menekan lawan. Sempat tertinggal 9-11 saat interval, keduanya mampu bangkit untuk mengunci kemenangan rubber game itu untuk membuat skor kedua tim sama kuat.

Kim Ga Eun tak berkembang

Korea Selatan berusaha memanfaatkan momentum untuk berbalik memimpin di partai ketiga. Kim Ga Eun yang menjadi salah satu pahlawan Korea Selatan di babak semifinal harus meladeni He Bing Jiao yang memiliki ranking dunia lebih baik dan lebih unggul dalam catatan pertemuan.

Memang tidak mudah bagi Kim untuk membendung smes keras dan variasi permainan lawannya yang berada di ranking 9 BWF itu.

Unggul dengan skor telak di gim pertama membuat He Bing Jiao tak memberi kesempatan bagi Kim untuk bangkit. Kim justru tampil terburu-buru dan banyak melakukan kesalahan dengan pukulan-pukulan yang tak mengenai sasaran.

Kim seperti kehilangan permainan terbaiknya. Ia tak bisa berkembang karena terus berada dalam tekanan.

Sebaliknya, He terus melaju hingga menutup pertandingan 43 menit dalam dua gim 12-21 13-21. Kemenangan ini membuat He memperbaharui skor kemenangannya atas Kim menjadi 4-1 dan menempatkan China satu tahap lebih dekat menuju podium juara.

Kembali imbang

China hanya butuh satu kemenangan untuk mempertahankan trofi. Namun, Korea Selatan justru membuat skor kembali imbang setelah merebut kemenangan di nomor ganda.

Huang Dong Ping/Li Wen Mei yang diharapkan bisa mengunci kemenangan China tak bisa mewujudkan target tersebut. Pasangan ranking 1335 ini tak bisa berbuat banyak saat menghadapi Kong Hee Yong/Kim Hye Jeong yang berada di ranking 139.

Dari peringkat bisa terbaca sejauh mana perkembangan masing-masing pasangan.  Ranking Huang/Li jauh tertinggal sebab keduanya adalah pasangan hasil bongkar pasang.

Seperti kita tahu, Huang Dong Ping adalah pemain spesialis ganda. Sebelum berpasangan dengan Wang Yi Lyu yang kini menempati ranking 4 BWF di nomor ganda campuran, pemain 27 tahun itu adalah partner dari Huang Yaqiong, sesama pemain ganda campuran dengan prestasi kelas dunia.

Huang Yaqiong adalah tandem dari Zheng Siwei yang pernah mendominasi puncak ranking ganda campuran selama sekian lama, sebelum direbut pasangan Thailand, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai.

Dong Ping juga pernah bertandem dengan Zhen Yu. Namun, Dong Ping tidak mencapai kesuksesan seperti saat bermain di ganda campuran.

Rekam jejak tersebut ternyata masih membekas saat tim China kembali menyatukan mereka di turnamen beregu dan memainkan partai krusial ini.

Kong/Kim butuh waktu kurang dari satu jam untuk merebut kemenangan straight set 22-20 21-17 sekaligus membuat kedudukan kembali sama kuat.

Sim Yu Jin Penentu

Sim Yu Jin dan Wang Zhi Yi adalah penentu. Keduanya belum teruji menjadi penentu sepanjang Piala Uber 2022. Namun, mereka adalah bagian dari tim Uber di edisi sebelumnya di Aarhus, Denmark.

Nasib kedua tim ada di pundak mereka. Sebagai sesama pemain muda, keduanya tidak memiliki pilihan selain memaksimalkan setiap kesempatan untuk meraih poin.

Patut diakui prestasi Wang Zhi Yi lebih baik. Pemain yang kini berada di ranking 15 BWF adalah salah satu pemain masa depan China.

Berusia 22 tahun, Wang Zhi baru saja mengukir sejarah pribadi di Badminton Asia Championship 2022 di Filipina, beberapa pekan lalu. Pemain yang berulangtahun saban 29 April itu mengalahkan bintang Jepang, Akane Yamaguchi, 15--21, 21--13, 21--19, untuk merebut medali emas.

Sementara itu Sim Yu Jin yang setahun lebih kakak belum banyak berprestasi baik secara tim maupun secara individu. Hal ini juga tercermin dari posisinya yang masih berada di luar lingkaran 45 besar dunia.

Walau demikian, Sim, kelahiran 13 Mei 1999 tidak menyerah begitu saja. Ia mampu merebut gim pertama setelah beberapa kali terlibat "deuce". Setelah kehilangan gim kedua, Sim menunjukkan tajinya di set ketiga.

Wang Zhi harus meladeni Sim yang memiliki keunggulan postur tubuh dengan penempatan bola ke sisi lapangan yang sulit dijangkau dan langkah kaki yang panjang sehingga membentuk benteng pertahanan yang sulit ditembus. Wang sampai harus mendapat perawatan pada jarinya setelah berjibaku meladeni Sim.

Zhi tertinggal sangat jauh, 1-11 di interval gim penentuan. Rasa frustrasi mulai menghinggapi Zhi. Ia kerap melakukan kesalahan sendiri sehingga membuat Sim semakin di atas angin dalam kedudukan 3-13, kemudian terus menjaga jarak hingga menutup pertarungan satu jam dan 28 menit itu dengan skor akhir 28-26, 18-21, dan 21-8.

Kemenangan bersejarah bagi Sim. Membuat skor pertemuan keduanya imbang 1-1. Lebih penting dari itu, Sim mengakhiri penantian lebih dari satu dekade tim putri Korea Selatan untuk kembali merebut mahkota dari sang "ratu" Piala Uber.

Selamat Korea Selatan!

https://www.kompas.com/wiken/read/2022/05/15/071937381/penantian-12-tahun-korea-selatan-juarai-piala-uber-2022-usai-runtuhkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke