Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Kita Masih Bisa Berutang Tapi untuk Masyarakat

Kompas.com - 26/03/2022, 19:32 WIB
Muhamad Syahrial

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati kerap dituding sebagai penyebab tingginya utang Indonesia saat ini.

Sri Mulyani dianggap sebagai menteri yang suka mengutang dengan menerbitkan instrumen surat utang negara, terutama pada masa pandemi Covid-19.

Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Selasa (22/3/2022), menanggapi tudingan tersebut, Sri Mulyani menjelaskan, penerbitan utang dilakukan untuk kepentingan masyarakat.

Saat pendapatan negara menurun signifikan karena tidak ada bisnis yang bergerak, khususnya pada masa pandemi Covid-19, utang digunakan untuk memberikan bantuan sosial dan meningkatkan fasilitas kesehatan.

Dengan demikian, Sri Mulyani mengatakan, kenaikan utang Indonesia menjadi kompensasi pendapatan negara yang anjlok.

Baca juga: Sri Mulyani: Tidak Pamer Harta Saja Diketahui Petugas Pajak, Apalagi yang Pamer

"Walaupun kita defisit, kita masih bisa berutang tapi untuk menyelamatkan masyarakat, ekonomi, dan sosial. Walaupun instrumen APBN mengalami ancaman, dia harus hadir agar bisa menyetop ancaman ini, kalau tidak, akan ambruk semua," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani menambahkan, utang menjadi salah satu pilihan ketika negara dihadapkan dengan kondisi yang tidak ideal.

Pada masa pandemi Covid-19, dia menuturkan, beban APBN terlalu berat, sedangkan rakyat diliputi ancaman kesehatan, ancaman PHK, ancaman sosial dan ekonomi. Sektor keuangan pun membutuhkan dukungan agar tidak mengalami krisis berkepanjangan.

Dengan berutang, pemerintah memiliki dana untuk memperbanyak fasilitas kesehatan, membangun pusat isolasi terpusat, memenuhi alat kesehatan yang dibutuhkan nakes, dan mengimpor vaksin Covid-19.

"Kita menggunakan space itu untuk tujuan tadi. Siapa yang diancam dalam shock (pandemi) ini? Rakyat dulu. Makanya kita gunakan (utang tersebut) untuk kesehatan. Itu (anggaran kesehatan) naik luar biasa tinggi dari 2020 ke 2021," ujar Sri Mulyani.

Baca juga: Sri Mulyani: Ada Anak 2 Tahun Dapat Hadiah Pesawat Beneran, Dipantau Pajaknya

Selain memfasilitasi bidang kesehatan, utang juga digunakan untuk menambah bantuan sosial kepada masyarakat miskin dan rentan miskin, selain bantuan sosial primer.

Selama pandemi Covid-19 ada berbagai bantuan sosial baru yang muncul, mulai dari Kartu Prakerja, BLT untuk UMKM, bantuan untuk pedagang kaki lima (PKL), pemilik warung, dan nelayan, serta subsidi upah kepada pekerja.

"Masyarakat kehilangan pekerjaan atau jam kerjanya turun sehingga pendapatannya pun turun, kita lapisi mereka dengan bantalan sosial, PKH, BLT pedagang UMKM, sampai dana desa, bantuan subsidi upah itu kita melakukan langsung," jelasnya.

Pertumbuhan utang Indonesia lebih kecil dibanding negara lain

Sri Mulyani mengungkapkan, kenaikan rasio utang Indonesia saat pandemi Covid-19 jauh lebih kecil dibanding negara lain.

Dia membeberkan, beberapa negara emerging hingga negara maju mengalami lonjakan rasio utang mencapai 60-100 persen. Negara tersebut, yakni India, AS, Perancis, Inggris, serta Jerman.

"Jadi kalai orang mengatakan kenapa utang, ya karena kita bisa mendapatkan penerimaan waktu ekonomi pulih kembali. Itu yang dipakai untuk membayar kembali utangnya," pungkasnya.

(Penulis: Fika Nurul Ulya | Editor: Akhdi Martin Pratama)

Sumber: KOMPAS.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com