Boleh jadi dengan kontribusi yang diberikan bagi nama Morotai di pentas dunia itulah, baik MacArthur maupun Nakamura mendapat tempat tersendiri di hati warga Morotai. Dan Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai pun membangun patung bagi keduanya.
Patung Nakamura didirikan di sebuah pertigaan jalan di desa Dehegila, Morotai. Hanya sekitar 6 km dari pusat kota Daruba.
Sedangkan Patung McArthur dibangun di Pulau Zum Zum yang terletak di seberang kota Daruba, ibu kota Morotai. Kurang lebih 15 menit dengan speed boat.
Baca juga: Sejarah Singkat Pedagang Trotoar di Indonesia dan Dunia
Dengan semua kombinasi di atas, dari jejak sejarah Perang Dunia II hingga pesona wisata alamnya, Morotai memang layak menjadi destinasi wisata impian.
Namun, seperti tantangan di banyak destinasi wisata lain di Indonesia, Morotai harus terus menjaga keasrian lingkungan wisatanya. Jika tidak, maka suatu saat pulau ini akan kembali tidur panjang.
Bagaimanapun juga, wisatawan yang datang tidak hanya mengagumi keindahan alam semata, tetapi jelas menuntut suatu lingkungan yang bersih dari setiap destinasi wisata yang 'dijual'.
Setelah mengelilingi hampir setengah Pulau Morotai serta mengunjungi beberapa pulau di sekitarnya, saya harus meminjam ungkapan Douglas MacArthur yang terkenal, “I Shall Return!”. Yes, Morotai, Saya akan kembali!
*) Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Pulau Morotai, Jejak MacArthur dan Kisah Nakamura".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.