Masalah yang dimaksud, misalnya adalah rentan terjadinya salah sasaran.
Kelompok yang semestinya mendapatkan manfaat subsidi justru kalah oleh kelompok lain yang lebih berdaya secara ekonomi.
"Subsidi yang bersifat terbuka rentan salah sasaran, sebab semua bisa mengakses dengan mudah. Potensi munculnya panic buying yang dilakukan oleh konsumen dengan kemampuan finansial baik akan sangat besar, bahkan mungkin saja akan terjadi penimbunan oleh oknum untuk keuntungan pribadi," terang dia.
Menurut dia, persoalan semacam ini sudah sering terjadi, tetapi pemerintah tidak juga menjadikannya sebagai pelajaran untuk mengadakan program subsidi dengan aturan main dan pengawasan yang lebih baik.
Baca juga: Panic Buying Minyak Goreng, YLKI Kritik Kebijakan Pemerintah dan Konsumen
"Gelontoran subsidi bisa dilakukan, tetapi dengan terget yang jelas, berapa masyarakat yang bisa mendapat manfaat ini. Dengan demikian perlu pengawasan yang kuat dalam implementasi," ujar dia.
Lemahnya mekanisme dan pengawasan ini lah yang menyebabkan panic buying dan penimbunan terjadi di masyarakat.
Selain itu, Agus menilai selama ini pemerintah juga kurang tepat dalam mengukur keberhasilan program subsidi yang dilakukan.
"Tolok ukur subsidi selama ini adalah berapa barang/Rupiah yang sudah digerojokan, bukan berapa banyak masyarakat terdampak yang menikmati subsidi," kata Agus.
Terakhir, Agus mengatakan selain memberikan subsidi untuk meringankan beban masyarakat, pemerintah hendaknya memikirkan solusi akhirnya, karena subsidi dinilai bukan jalan keluar atas tingginya harga suatu produk di pasaran.
"Ibarat orang sakit yang diberi minyak angin/balsem, pemberiaan subsidi ini tidak akan menyembuhkan penyakit yang sebenarnya. Sifatnya hanya menghangatkan sementara di tempat tertentu saja," ujar Agus.
"Idealnya pemerintah mendiagnosis penyebab dari mahalnya minyak goreng, kemudian memberikan obat yang tepat," pungkas dia.
Sifat manusiawi saat bertahan hidup
Menurut pakar perilaku manusia Dr.Ali Fenwick, setidaknya ada empat alasan mengapa pada saat wabah seperti sekarang ini orang merasa perlu memborong dan menimbun barang di rumah:
Situasi yang tidak pasti atau mengancam akan membuat bagian otak yang lebih primitif mengambil alih, dan tujuan utamanya adalah membuat kita tetap hidup. Kondisi ini akan menekan atau mengacaukan pola pikir rasional.
Jadi, meski pemerintah berjanji kebutuhan pokok akan tetap terjamin, tak banyak orang yang mendengarkan.