Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjelang Libur Nataru Muncul Varian Baru Omicron, Ada Apa?

Kompas.com - 05/12/2021, 21:47 WIB
Maya Citra Rosa

Penulis

KOMPAS.com- Sebagian orang yang sudah jenuh dengan pandemi Covid-19 ini menganggap munculnya varian baru Omicron hanya skenario belaka.

Hal ini karena bertepatan dengan menjelang akhir tahun 2021 dan libur natal.

Lantas, benarkah dugaan orang terhadap varian baru Omicron tersebut?

Menanggapi hal ini, Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Prof dr Amin Soebandrio PhD, SpMK menegaskan bahwa tidak ada orang yang benar-benar menginginkan pandemi Covid-19 ini terjadi.

Perihal seringnya varian baru muncul menjelang libur panjang, seperti kondisi varian Omicron saat ini yang ditemukan menjelang nataru, ini tandanya memang pergerakan di masyarakat beberapa waktu belakangan sudah semakin masif tak terjaga.

"Memang semakin banyak negara yang terdampak, karena pergerakan manusia yang masif," kata Amin kepada Kompas.com, Jumat (3/12/2021).

Dalam ilmu pengetahuan tentang biologi molekuler, mutasi yang terjadi pada virus itu merupakan hal yang wajar. Mutasi ini akan terjadi pada setiap jenis virus, bukan hanya virus corona jenis baru SARS-CoV-2.

Namun, pada setiap mutasi yang terjadi itu tidak semuanya akan menghasilkan varian yang lebih berbahaya dan lebih menular dari virus aslinya. Ada saja mutasi virus yang justru menghasilkan varian yang jauh lebih rendah akibat infeksi dan penularannya.

Baca juga: Cara Mencegah Infeksi Varian Omicron, Rekomendasi WHO

Amin menambahkan, dalam kondisi ditemukannya varian baru Omicron ini memang menandakan bahwa situasi sudah sangat serius.

Perlu diketahui bahwa mutasi virus akan semakin sering terjadi dan bisa saja mencapai ratusan ribu kali, jika penularannya masif.

Saat dihubungi terpisah, Jumat (3/12/2021), Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman juga menambahkan, varian Omicronn yang baru ditemukan dan langsung masuk dalam kategori variant of concern (VoC) ini merupakan pertanda yang sangat serius.

"Ini namanya tsunami disabilitas, akibat jangka panjang Covid-19 yang tidak terdeteksi dan tertangani baik," kata Dicky.

Dengan begitu, Dicky pun mengingatkan kepada masyarakat bahwa meskipun angka kasus infeksi Covid-19 saat ini sudah mulai menurun, tetapi bukan berarti ini sudah berakhir, dan kita benar-benar harus sabar serta tetap berusaha menjaga diri sampai Covid-19 resmi dinyatakan bukan lagi pandemi.

"Mencegah lebih baik daripada terinfeksi Covid-19," jelasnya.

Mengingat mutasi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 ini masih bisa terjadi layaknya varian Omicron ini, maka Prof Amin menegaskan, setiap individu harus mengupayakan agar selalu sadar dan tetap menjalankan protokol kesehatan dengan baik, dan melakukan vaksinasi untuk menghindari situasi yang lebih serius ataupun gelombang lonjakan kasus berikutnya.

"Bagi masyarakat, apapun variannya, tetap disiplin melaksanakan prokes (5M)," tegasnya.

5M adalah singkatan dari memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak aman minimal 1,8 meter, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas atau pergerakan di luar rumah jika tidak penting.

Waspadai hoaks varian baru Omicron

Baca juga: Mengapa Varian Omicron Ditemukan Jelang Libur Nataru? Ini Penjelasan Ahli

Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Dedy Permadi menyatakan bahwa hoaks dan disinformasi masih menjadi salah satu kendala utama pengendalian pandemi Covid-19.

Penemuan VoC baru Omicron, menuntuk seluruh elemen masyarakat untuk semakin waspada dan berhati-hati termasuk menyikapi hoaks dan disinformasi tentang varian tersebut yang mungkin timbul.

"Informasi tentang varian baru (Omicron) Covid-19 masih terus dipelajari," kata Dedy melalui keterangan tertulisnya, Kamis (2/12/2021).

Disampaikan Dedy, dari 18 isu hoaks seputar Covid-19 yang beredar selama seminggu terakhir, ada beberapa contoh hoaks dan disinformasi yang perlu ditangkal bersama. Di antaranya seperti berikut.

  • Pemerintah terapkan PPKM Level 4 pada 24 Desember 2021 karena ada varian baru Covid-19 (28 November 2021). Informasi ini dinyatakan hoaks.
  • Varian Omicron sudah ada sejak Juli 2021 (30 November 2021). Informasi ini dinyatakan misinformasi.
  • Varian Omicron tidak terdeteksi Tes PCR (1 Desember 2021). Informasi ini dinyatakan hoaks.

Dedy berharap, menyikapi adanya varian baru Omicron ini masyarakat waspada dan terus menerapkan protokol kesehatan secara disiplin serta berhati-hati terhadap penyebaran hoaks dan disinformasi tentang varian ini.

Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan untuk mendukung semua pihak dalam merespon dan menindaklanjuti hoaks yang ada.

"Masyarakat kami minta untuk selalu mengakses informasi atau data dari sumber terpecaya," tegasnya.

"Kami imbau peran aktif setiap individu untuk membantu penanganan pandemi ini dengan tidak membuat dan tidak menyebarkan informasi yang keliru. Mari kita pertahankan situasi yang terkendali ini dengan cara tetap disiplin prokes, vaksinasi, bersama-sama menangkal hoaks dan disinformasi," tambahnya.

(Sumber: Kompas.com Penulis Ellyvon Pranita | Editor Bestari Kumala Dewi)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com