Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Penyintas Covid-19 Punya Kekebalan Super?

Kompas.com - 28/11/2021, 21:05 WIB
Muhamad Syahrial

Penulis

KOMPAS.com - Pasien infeksi virus Corona yang telah sembuh atau biasa disebut penyintas Covid-19 diyakini memiliki kekebalan tubuh lebih kuat, terutama setelah vaksinasi.

Antibodi penyintas Covid-19 yang telah menerima vaksin dosis pertama setara dengan orang yang belum pernah terinfeksi dan telah menerima vaksin dosis lengkap.

Kekebalan atau super-immunity (kekebalan super) milik penyintas Covid-19 itu disebut hybrid immunity (kekebalan hibrida) oleh para ilmuwan.

Dilansir dari Nature melalui KOMPAS.com, para peneliti telah memperhatikan respons vaksin terhadap penyintas Covid-19.

Ahli imunologi dari Universitas Pennsylvania yang mempelajari super-immunity atau hybrid immunity, Rishi Goel mengatakan, penyintas Covid-19 memiliki kekebalan tubuh lebih tinggi daripada orang yang telah menerima vaksin dosis lengkap.

"Kami melihat, kadar antibodi penyintas Covid-19 lebih tinggi dari orang yang divaksin lengkap," kata Goel.

Baca juga: Mengapa Covid-19 Terus Memunculkan Varian Baru?

Menurut penelitian awal tentang hybrid immunity, antibodi pada darah penyintas Covid-19 lebih mampu menetralkan varian virus Corona yang bisa menghindari respons imun.

Para ilmuwan melakukan penelitian tersebut kepada orang yang belum pernah terinfeksi namun sudah menerima vaksin Covid-19.

Sementara itu, studi terbaru menunjukkan, sebagian hybrid immunity dihasilkan dari salah satu antibodi yang disebut sel B memori.

Hasil studi itu menyebut, setelah terinfeksi virus Corona dan vaksinasi muncul sel berumur pendek yang diberi nama plasmablas. Sel ini lah yang membentuk sebagian besar antibodi.

Ahli imunologi di Rockefeller, Michel Nussenzweig menjelaskan, seiring matinya sel-sel plasmablas, tingkat antibodi pun akan menurun. Setelah plasmablas hilang, penghasil utama antibodi adalah sel B memori yang dipicu oleh infeksi alami atau vaksinasi.

"Beberapa sel berumur panjang, membuat antibodi berkualitas lebih tinggi daripada plasmablas," kata Michel.

Baca juga: 12 Negara Tutup Pintu Kedatangan dari Afrika, Cegah Masuknya Covid-19 Varian Omicron

Michel menerangkan, sel B berevolusi di organ yang disebut kelenjar getah bening. Sel tersebut bermutasi sehingga mampu mengikat lebih erat ke protein spike.

Goel pun menjelaskan, Sel B dapat berkembang biak dan menghasilkan antibodi yang lebih banyak dan kuat saat penyintas Covid-19 kembali terpapar virus Corona.

"Inilah alasan orang yang sudah pernah terinfeksi dan menerima vaksin dosis pertama memiliki tingkat antibodi yang sama dengan orang yang belum pernah terinfeksi Covid-19 dan telah menerima vaksin dosis lengkap," ujar Goel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com