Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Deteksi Gempa Bumi Tertua dari Batuan yang Berumur Miliaran Tahun

Kompas.com - 03/04/2024, 19:30 WIB
Laksmi Pradipta Amaranggana,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ilmuwan telah menemukan bukti gempa tertua di Bumi dalam batuan berumur 3,6 miliar tahun.

Bukti itu ada di Sabuk Batu Hijau Barberton (The Barberton Greenstone Belt) di Afrika Selatan, yang mengandung beberapa batuan tertua yang ada di Bumi.

Beberapa di antaranya berusia lebih dari 3,6 miliar tahun yang mengandung beberapa lapisan, dikutip dari IFL Science, Sabtu (30/3/2024).

Ahli geologi awalnya dibuat kebingungan karena Barberton Greenstone Belt terlihat seperti kumpulan bebatuan yang berbeda yang kemudian disatukan. Hal ini karena salah satu lapisannya berusia lebih muda dari yang lain.

Bebatuan di Barberton Greenstone Belt adalah bagian dari dasar laut kuno dan dalam yang berusia sekitar 3 miliar tahun.

Namun di antara bebatuan tersebut, ada batuan sedimen yang tidak mungkin terbentuk di dasar laut.

Batuan tersebut terbentuk di daratan atau di perairan dangkal, seperti kristal barit, yaitu jenis batu yang terbentuk dari penguapan air.

Hal inilah yang akhirnya menjadi pertanyaan para ilmuwan, bagaimana bisa batu yang berasal dari daratan masuk ke lautan dalam.

Baca juga: Kemenlu: Tidak Ada WNI yang Menjadi Korban Gempa Bumi di Taiwan


Struktur yang mirip dengan The Barberton Greenstone Belt 

Peneliti Simon Lamb dan Cornel de Ronde menemukan bahwa campuran bebatuan di Barberton Greenstone Belt menyerupai struktur yang terlihat di lepas pantai Selandia Baru yang berusia 20 juta tahun.

Di lokasi tersebut pernah tercatat gempa Bumi kuat yang menghasilkan semacam tanah longsor laut yang membawa material dari daratan dan perairan dangkal ke dasar laut yang dalam, dan mengacaukan lapisan batuan yang sudah ada.

"Kami menyadari bahwa peta ini sangat mirip dengan peta geologi (oleh Simon Lamb) yang dibuat setelah terjadinya tanah longsor bawah laut yang lebih baru. Ini dipicu oleh gempa Bumi besar di sepanjang patahan terbesar di Selandia Baru, megathrust di zona subduksi Hikurangi," tulis para penulis di The Conversation.

Peneliti diyakinkan dengan fakta bahwa apa yang dulu terjadi di Selandia Baru, ternyata juga terjadi di masa kini.

Seperti yang terjadi pada November 2016, saat gempa berkekuatan M 7,8 yang menghantam  Kaikoura juga memicu tanah longsor bawah laut yang luas, dan longsoran puing-puing yang  mengalir ke perairan dalam.

Dari kumpulan bebatuan tersebut, ilmuwan akhirnya mengeluarkan hipotesis adanya longsor bawah laut purba akibat adanya gempa yang terjadi di sekitar Barberton Greenstone Belt.

Apabila hipotesis tersebut benar, ilmuwan telah menemukan bukti tertua dari gempa yang pernah menghantam Bumi.

Baca juga: Kemenlu: Tidak Ada WNI yang Menjadi Korban Gempa Bumi di Taiwan

Halaman:

Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com