Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ilmuwan Deteksi Gempa Bumi Tertua dari Batuan yang Berumur Miliaran Tahun

KOMPAS.com - Para ilmuwan telah menemukan bukti gempa tertua di Bumi dalam batuan berumur 3,6 miliar tahun.

Bukti itu ada di Sabuk Batu Hijau Barberton (The Barberton Greenstone Belt) di Afrika Selatan, yang mengandung beberapa batuan tertua yang ada di Bumi.

Beberapa di antaranya berusia lebih dari 3,6 miliar tahun yang mengandung beberapa lapisan, dikutip dari IFL Science, Sabtu (30/3/2024).

Ahli geologi awalnya dibuat kebingungan karena Barberton Greenstone Belt terlihat seperti kumpulan bebatuan yang berbeda yang kemudian disatukan. Hal ini karena salah satu lapisannya berusia lebih muda dari yang lain.

Bebatuan di Barberton Greenstone Belt adalah bagian dari dasar laut kuno dan dalam yang berusia sekitar 3 miliar tahun.

Namun di antara bebatuan tersebut, ada batuan sedimen yang tidak mungkin terbentuk di dasar laut.

Batuan tersebut terbentuk di daratan atau di perairan dangkal, seperti kristal barit, yaitu jenis batu yang terbentuk dari penguapan air.

Hal inilah yang akhirnya menjadi pertanyaan para ilmuwan, bagaimana bisa batu yang berasal dari daratan masuk ke lautan dalam.

Struktur yang mirip dengan The Barberton Greenstone Belt 

Peneliti Simon Lamb dan Cornel de Ronde menemukan bahwa campuran bebatuan di Barberton Greenstone Belt menyerupai struktur yang terlihat di lepas pantai Selandia Baru yang berusia 20 juta tahun.

Di lokasi tersebut pernah tercatat gempa Bumi kuat yang menghasilkan semacam tanah longsor laut yang membawa material dari daratan dan perairan dangkal ke dasar laut yang dalam, dan mengacaukan lapisan batuan yang sudah ada.

"Kami menyadari bahwa peta ini sangat mirip dengan peta geologi (oleh Simon Lamb) yang dibuat setelah terjadinya tanah longsor bawah laut yang lebih baru. Ini dipicu oleh gempa Bumi besar di sepanjang patahan terbesar di Selandia Baru, megathrust di zona subduksi Hikurangi," tulis para penulis di The Conversation.

Peneliti diyakinkan dengan fakta bahwa apa yang dulu terjadi di Selandia Baru, ternyata juga terjadi di masa kini.

Seperti yang terjadi pada November 2016, saat gempa berkekuatan M 7,8 yang menghantam  Kaikoura juga memicu tanah longsor bawah laut yang luas, dan longsoran puing-puing yang  mengalir ke perairan dalam.

Dari kumpulan bebatuan tersebut, ilmuwan akhirnya mengeluarkan hipotesis adanya longsor bawah laut purba akibat adanya gempa yang terjadi di sekitar Barberton Greenstone Belt.

Apabila hipotesis tersebut benar, ilmuwan telah menemukan bukti tertua dari gempa yang pernah menghantam Bumi.

Berhubungan dengan awal kehidupan terbentuk

Dilansir dari Live Science, Bumi terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu dan kemudian mendingin menjadi dunia air.

Tidak ada konsensus ilmiah mengenai kapan lempeng tektonik dimulai. Namun menurut peneliti, besar kemungkinan sebelum 2 miliar tahun yang lalu.

Lamb percaya bahwa gempa Bumi purba bertepatan dengan asal mula kehidupan. 

Para ahli biologi sendiri tidak yakin di mana, kapan, atau bagaimana kehidupan dimulai di Bumi, meskipun fosil tertua yang ditemukan berusia 3,7 miliar tahun.

Namun yang pasti, kehidupan pasti membutuhkan energi untuk bisa berjalan dan kemungkinan besar melibatkan air. 

Lamb percaya bahwa zona subduksi menciptakan kondisi untuk kehidupan dan memungkinkan makhluk apapun bertahan hidup.  

"Saya pikir kehidupan lahir dari kekerasan ekstrem ini," tambahnya. 

https://www.kompas.com/tren/read/2024/04/03/193000765/ilmuwan-deteksi-gempa-bumi-tertua-dari-batuan-yang-berumur-miliaran-tahun

Terkini Lainnya

Cara Menyosialisasikan Anak Kucing agar Mengenali Lingkungan dengan Baik

Cara Menyosialisasikan Anak Kucing agar Mengenali Lingkungan dengan Baik

Tren
Ban 'Botak' Diukir Ulang Bisa Hemat Pengeluaran, Amankah Digunakan?

Ban "Botak" Diukir Ulang Bisa Hemat Pengeluaran, Amankah Digunakan?

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: Korban Meninggal Capai 67 Orang, 20 Warga Masih Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: Korban Meninggal Capai 67 Orang, 20 Warga Masih Hilang

Tren
Kemenkes Pastikan Peserta BPJS Kesehatan Bisa Naik Kelas Rawat Inap, Ini Caranya

Kemenkes Pastikan Peserta BPJS Kesehatan Bisa Naik Kelas Rawat Inap, Ini Caranya

Tren
Gletser Terakhir di Papua Diperkirakan Akan Hilang Sebelum 2026

Gletser Terakhir di Papua Diperkirakan Akan Hilang Sebelum 2026

Tren
Link, Cara, dan Syarat Daftar IPDN 2024, Lulus Bisa Jadi PNS Kemendagri

Link, Cara, dan Syarat Daftar IPDN 2024, Lulus Bisa Jadi PNS Kemendagri

Tren
Sudah Bayar Tunggakan Iuran, Apakah BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Sudah Bayar Tunggakan Iuran, Apakah BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
6 Dokumen yang Harus Dipersiapkan untuk Mendaftar Sekolah Kedinasan, Apa Saja?

6 Dokumen yang Harus Dipersiapkan untuk Mendaftar Sekolah Kedinasan, Apa Saja?

Tren
Tips Latihan Beban untuk Pemula agar Terhindar dari Cedera

Tips Latihan Beban untuk Pemula agar Terhindar dari Cedera

Tren
6 Olahraga yang Ampuh Menurunkan Kolesterol Tinggi, Apa Saja?

6 Olahraga yang Ampuh Menurunkan Kolesterol Tinggi, Apa Saja?

Tren
PKS Disebut 'Dipaksa' Berada di Luar Pemerintahan, Ini Alasannya

PKS Disebut "Dipaksa" Berada di Luar Pemerintahan, Ini Alasannya

Tren
Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Hitam Selama Sebulan

Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Hitam Selama Sebulan

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 16-17 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 16-17 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa | Peringatan Dini Kekeringan di Jateng

[POPULER TREN] Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa | Peringatan Dini Kekeringan di Jateng

Tren
Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke