Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selat Muria Tak Bisa Muncul Lagi, Ini Alasannya Menurut Ahli Geologi UGM

Kompas.com - 21/03/2024, 12:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dosen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Salahuddin Husein mengatakan, Selat Muria di Jawa Tengah tidak bisa muncul kembali.

Ini merespons sejumlah anggapan yang menyebutkan potensi kemunculan Selat Muria usai wilayah perbatasan Kabupaten Demak-Kudus, Jawa Tengah dilanda banjir besar.

"Tidak (muncul lagi), karena proses geologi berupa erosi Lajur Perbukitan Kendeng dan Lajur Perbukitan Rembang oleh jejaring Sungai Tuntang, Sungai Serang, dan Sungai Juwana masih terus berlangsung hingga saat ini dan membawa sedimen yang tinggi," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Rabu (20/3/2024).

Kondisi ini menyebabkan garis pantai di pesisir Demak maupun pesisir Juwana, Pati, Jawa Tengah akan terus bergerak maju.

Baca juga: Demak-Kudus Dilanda Banjir Besar, Benarkah Selat Muria Bisa Muncul Kembali?

Tak ada tanda-tanda pembentukan selat

Menurutnya, pembentukan selat memerlukan proses geologis berupa pembentukan cekungan laut (sea-basin subsidence) yang membutuhkan waktu hingga jutaan tahun.

"Suatu selat akan terbentuk secara geologis, yaitu apabila kerak Bumi di kawasan tersebut mengalami peregangan (rifting) dan penurunan (subsidence) secara tektonis," kata Salahuddin.

Hingga saat ini, Salahuddin melaporkan bahwa indikasi awal proses tektonis tersebut masih belum terlihat.

Atas dasar itu, dapat disimpulkan bahwa Selat Muria tidak akan terbentuk kembali dalam skala waktu manusia.

Baca juga: Kata Ahli soal Gunung Muria Disebut Terpisah dari Pulau Jawa

Sejarah hilangnya Selat Muria

Ia memaparkan, Selat Muria menghilang karena tingginya laju erosi rangkaian perbukitan di selatan Selat Muria, yaitu Lajur Perbukitan Kendeng dan Lajur Perbukitan Rembang.

"Lajur Perbukitan Kendeng dierosi oleh Sungai Tuntang dan Sungai Serang yang bermuara ke ujung barat Selat Muria, keduanya membentuk dataran rendah Demak di sekitar abad 15-16 Masehi," ujarnya.

Seiring mendangkalnya Selat Muria, kata Salahuddin, terbentuklah Sungai Juwana yang mengaliri ujung timur selat tersebut, kemudian menangkap sedimen hasil erosi Perbukitan Rembang.

Aksi ketiga sungai utama ini menyebabkan pendangkalan dan hilangnya Selat Muria.

Baca juga: Mengapa Banjir di Demak Sulit Surut? Ini Penjelasan dari Ahli

Selanjutnya, proses sedimentasi oleh sungai umumnya berlangsung efektif ketika terjadi banjir yang mengakibatkan endapan sedimennya ditumpuk sebagai dataran limpas banjir.

"Secara geomorfologi atau bentuk rupa Bumi, kawasan Demak-Pati-Juwana merupakan morfologi dataran banjir ketiga sungai di atas. Jadi dapat dikatakan, bila Sungai Tuntang, Sungai Serang, dan Sungai Juwana tidak banjir, maka Selat Muria akan ada hingga saat ini," kata Salahuddin.

Karena ketiga sungai tersebut kerap banjir, kata Salahuddin, maka Selat Muria menghilang dan menjadi dataran rendah Demak-Pati-Juwana, seperti yang terjadi saat ini.

Halaman:

Terkini Lainnya

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Tren
10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com