Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demak-Kudus Dilanda Banjir Besar, Benarkah Selat Muria Bisa Muncul Kembali?

Kompas.com - 20/03/2024, 20:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Wilayah perbatasan Kabupaten Demak-Kudus, Jawa Tengah yang kembali dilanda banjir, mendapat sorotan dari warganet.

Ini merupakan banjir kedua yang menggenangi wilayah tersebut dalam satu bulan terakhir.

Akibat kondisi ini, beberapa pihak pun menyoroti kemungkinan munculnya kembali Selat Muria.

Selat Muria adalah wilayah perairan yang dahulu memisahkan daratan utara Jawa Tengah dengan Gunung Muria.

Spekulasi kemunculan Selat Muria ramai diperbincangkan di media sosial usai banjir menggenangi wilayah Demak-Kudus selama berhari-hari.

"Memasuki tahun 2024, Semenanjung Muria dua kali dihantam banjir besar. Memang daerah ini sudah rutin menjadi langganan banjir akibat limpas sungai Wulan. Namun apa yang terjadi awal tahun 2024 ini sungguh diluar dugaan," tulis akun ini, Selasa (19/3/2024).

Lantas, mungkinkah Selat Muria bisa muncul kembali?

Baca juga: Kata Ahli soal Gunung Muria Disebut Terpisah dari Pulau Jawa

Tak bisa muncul lagi

Dosen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Salahuddin Husein mengatakan, Selat Muria tidak bisa muncul kembali.

"Tidak (muncul lagi), karena proses geologi berupa erosi Lajur Perbukitan Kendeng dan Lajur Perbukitan Rembang oleh jejaring Sungai Tuntang, Sungai Serang, dan Sungai Juwana masih terus berlangsung hingga saat ini dan membawa sedimen yang tinggi," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Rabu (20/3/2024).

Kondisi ini menyebabkan garis pantai di pesisir Demak maupun pesisir Juwana akan terus bergerak maju.

Meski demikian, Salahuddin menjelaskan adanya faktor perubahan lahan (land use) berupa pertumbuhan pemukiman yang sangat cepat di kawasan dataran rendah bekas Selat Muria tersebut, juga menimbulkan dampak geologis.

Baca juga: Simak, Ini Pengalihan Lalu Lintas Imbas Banjir di Perbatasan Demak-Kudus

Salah satu dampak geologisnya adalah penurunan permukaan tanah (land subsidence) yang terjadi akibat beban konstruksi bangunan dan penggunaan air tanah berlebihan.

"Kondisi ini menyebabkan kawasan Demak-Pati-Juwana ini rentan terhadap banjir, terutama pada saat meningkatnya bencana hidrometeorologis akibat perubahan iklim global dewasa ini," jelasnya.

Kendati demikian, Salahuddin memastikan bahwa bencana banjir yang terjadi di Demak-Kudus tersebut tidak menyebabkan munculnya Selat Muria.

"Banjir yang akhir-akhir ini kerap melanda kawasan tersebut bukanlah fenomena munculnya kembali Selat Muria, karena fenomena banjir merupakan dampak bencana hidrometeorologis yang bekerja dalam skala dekade," terangnya.

Baca juga: 4 Fakta Warga Kudus yang Berencana Jual Ginjal Rp 175 Juta ke India

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com