Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Demak-Kudus Dilanda Banjir Besar, Benarkah Selat Muria Bisa Muncul Kembali?

KOMPAS.com - Wilayah perbatasan Kabupaten Demak-Kudus, Jawa Tengah yang kembali dilanda banjir, mendapat sorotan dari warganet.

Ini merupakan banjir kedua yang menggenangi wilayah tersebut dalam satu bulan terakhir.

Akibat kondisi ini, beberapa pihak pun menyoroti kemungkinan munculnya kembali Selat Muria.

Selat Muria adalah wilayah perairan yang dahulu memisahkan daratan utara Jawa Tengah dengan Gunung Muria.

Spekulasi kemunculan Selat Muria ramai diperbincangkan di media sosial usai banjir menggenangi wilayah Demak-Kudus selama berhari-hari.

"Memasuki tahun 2024, Semenanjung Muria dua kali dihantam banjir besar. Memang daerah ini sudah rutin menjadi langganan banjir akibat limpas sungai Wulan. Namun apa yang terjadi awal tahun 2024 ini sungguh diluar dugaan," tulis akun ini, Selasa (19/3/2024).

Lantas, mungkinkah Selat Muria bisa muncul kembali?

Tak bisa muncul lagi

Dosen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Salahuddin Husein mengatakan, Selat Muria tidak bisa muncul kembali.

"Tidak (muncul lagi), karena proses geologi berupa erosi Lajur Perbukitan Kendeng dan Lajur Perbukitan Rembang oleh jejaring Sungai Tuntang, Sungai Serang, dan Sungai Juwana masih terus berlangsung hingga saat ini dan membawa sedimen yang tinggi," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Rabu (20/3/2024).

Kondisi ini menyebabkan garis pantai di pesisir Demak maupun pesisir Juwana akan terus bergerak maju.

Meski demikian, Salahuddin menjelaskan adanya faktor perubahan lahan (land use) berupa pertumbuhan pemukiman yang sangat cepat di kawasan dataran rendah bekas Selat Muria tersebut, juga menimbulkan dampak geologis.

Salah satu dampak geologisnya adalah penurunan permukaan tanah (land subsidence) yang terjadi akibat beban konstruksi bangunan dan penggunaan air tanah berlebihan.

"Kondisi ini menyebabkan kawasan Demak-Pati-Juwana ini rentan terhadap banjir, terutama pada saat meningkatnya bencana hidrometeorologis akibat perubahan iklim global dewasa ini," jelasnya.

Kendati demikian, Salahuddin memastikan bahwa bencana banjir yang terjadi di Demak-Kudus tersebut tidak menyebabkan munculnya Selat Muria.

"Banjir yang akhir-akhir ini kerap melanda kawasan tersebut bukanlah fenomena munculnya kembali Selat Muria, karena fenomena banjir merupakan dampak bencana hidrometeorologis yang bekerja dalam skala dekade," terangnya.

Hal tersebut berbeda dengan pembentukan suatu selat.

Menurutnya, pembentukan selat memerlukan proses geologis berupa pembentukan cekungan laut (sea-basin subsidence) yang membutuhkan waktu hingga jutaan tahun.

"Suatu selat akan terbentuk secara geologis, yaitu apabila kerak Bumi di kawasan tersebut mengalami peregangan (rifting) dan penurunan (subsidence) secara tektonis," kata Salahuddin.

Hingga saat ini, Salahuddin melaporkan bahwa indikasi awal proses tektonis tersebut masih belum terlihat.

Atas dasar itu, dapat disimpulkan bahwa Selat Muria tidak akan terbentuk kembali dalam skala waktu manusia.

Penyebab Selat Muria menghilang

Ia memaparkan, Selat Muria menghilang karena tingginya laju erosi rangkaian perbukitan di selatan Selat Muria, yaitu Lajur Perbukitan Kendeng dan Lajur Perbukitan Rembang.

"Lajur Perbukitan Kendeng dierosi oleh Sungai Tuntang dan Sungai Serang yang bermuara ke ujung barat Selat Muria, keduanya membentuk dataran rendah Demak di sekitar abad 15-16 Masehi," ujarnya.

Seiring mendangkalnya Selat Muria, kata Salahuddin, terbentuklah Sungai Juwana yang mengaliri ujung timur selat tersebut, kemudian menangkap sedimen hasil erosi Perbukitan Rembang.

Aksi ketiga sungai utama ini menyebabkan pendangkalan dan hilangnya Selat Muria.

Selanjutnya, proses sedimentasi oleh sungai umumnya berlangsung efektif ketika terjadi banjir yang mengakibatkan endapan sedimennya ditumpuk sebagai dataran limpas banjir.

"Secara geomorfologi atau bentuk rupa Bumi, kawasan Demak-Pati-Juwana merupakan morfologi dataran banjir ketiga sungai di atas. Jadi dapat dikatakan, bila Sungai Tuntang, Sungai Serang, dan Sungai Juwana tidak banjir, maka Selat Muria akan ada hingga saat ini," kata Salahuddin.

Karena ketiga sungai tersebut kerap banjir, kata Salahuddin, maka Selat Muria menghilang dan menjadi dataran rendah Demak-Pati-Juwana, seperti yang terjadi saat ini.

Berdasarkan reka catatan sejarah, diperkirakan Selat Muria menghilang sekitar abad 10-18, dengan kecepatan pertumbuhan garis pantai diperkirakan mencapai 40 meter per tahun.

https://www.kompas.com/tren/read/2024/03/20/203000165/demak-kudus-dilanda-banjir-besar-benarkah-selat-muria-bisa-muncul-kembali-

Terkini Lainnya

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Tren
Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Tren
Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Begini Kata Ahli UGM

Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Begini Kata Ahli UGM

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke