Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selat Muria Tak Bisa Muncul Lagi, Ini Alasannya Menurut Ahli Geologi UGM

Kompas.com - 21/03/2024, 12:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

Berdasarkan reka catatan sejarah, diperkirakan Selat Muria menghilang sekitar abad 10-18, dengan kecepatan pertumbuhan garis pantai diperkirakan mencapai 40 meter per tahun.

Baca juga: Terdampak Banjir, Pemilu 10 Desa di Demak Ditunda

Penyebab kawasan bekas Selat Muria rawan banjir

Meski demikian, Salahuddin menjelaskan adanya faktor perubahan lahan (land use) berupa pertumbuhan pemukiman yang sangat cepat di kawasan dataran rendah bekas Selat Muria tersebut, juga menimbulkan dampak geologis.

Salah satu dampak geologisnya adalah penurunan permukaan tanah (land subsidence) yang terjadi akibat beban konstruksi bangunan dan penggunaan air tanah berlebihan.

"Kondisi ini menyebabkan kawasan Demak-Pati-Juwana ini rentan terhadap banjir, terutama pada saat meningkatnya bencana hidrometeorologis akibat perubahan iklim global dewasa ini," jelasnya.

Kendati demikian, Salahuddin memastikan bahwa bencana banjir yang terjadi di Demak-Kudus tersebut tidak menyebabkan munculnya Selat Muria.

"Banjir yang akhir-akhir ini kerap melanda kawasan tersebut bukanlah fenomena munculnya kembali Selat Muria, karena fenomena banjir merupakan dampak bencana hidrometeorologis yang bekerja dalam skala dekade," terangnya.

 

Baca juga: Simak, Ini Pengalihan Lalu Lintas Imbas Banjir di Perbatasan Demak-Kudus

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com