Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Banjir di Demak Sulit Surut? Ini Penjelasan dari Ahli

Kompas.com - 14/02/2024, 15:00 WIB
Laksmi Pradipta Amaranggana,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banjir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah sudah terjadi selama sepekan sejak Kamis (8/2/2024) lalu akibat jebolnya tanggul Sungai Nawang Wulan.

Dikutip dari Kompas.com, Selasa (13/2/2024), saat ini 19 desa di Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Gajah, Demak masih terendam banjir.

Adapun ketinggian air saat ini masih bervariasi, yaitu dari 40-200 sentimeter dan saat ini Desa Karanganyar dan Desa Ketanjung, Kecamatan Karanganyar menjadi daerah paling parah terdampak banjir.

Dampak banjir, 114 Tempat Pemungutan Suara (TPS) di 10 desa di Kabupaten Demak terpaksa harus menunda Pemilu 2024 akibat banjir, dilansir dari Kompas.com, Selasa (13/2/2024).

Hingga Kamis (14/2/2024), 84.270 jiwa terdampak banjir dan sekitar 22.860 orang terpaksa harus mengungsi, dikutip dari Kompas.com, Selasa (13/2/2024).

Lalu, apa yang menyebabkan banjir di Kabupaten Demak membutuhkan waktu lama untuk surut?

Baca juga: Tanggul Sungai Nawang Jebol, Jalur Pantura Demak-Kudus Lumpuh


Penjelasan ahli

Dosen Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Salahuddin Husein menjelaskan fenomena ini.

Menurut Salahuddin, pada sekitar abad ke-8, Kabupaten Demak merupakan salah satu wilayah yang dulunya merupakan lautan, yang dikenal dengan nama Selat Muria.

Selain Kabupaten Demak, kota di sekitarnya seperti Kota Semarang, Kabupaten Kudus, Pati, dan Rembang juga masih berupa lautan.

Selat Muria merupakan selat yang memisahkan Pulau Muria yang terdiri dari gunung api (sekarang merupakan Gunung Muria) dengan daratan utama Pulau Jawa.

Meskipun dulunya berupa lautan, daerah di lima kabupaten tersebut mengalami sedimentasi yang begitu cepat, sekitar 40 meter per tahun, yang membuat daerah tersebut menjadi daratan.

“Hal ini ditunjukkan pada peta abad ke-16, dari yang awalnya garis pantai berada di arah Grobogan, Purwodadi menjadi bergeser ke arah Kabupaten Demak saat ini dengan pergerakan garis pantai sejauh 30 km dalam kurun waktu 800 tahun,” ungkap Salahuddin saat dihubungi Kompas.com, Senin (12/2/2024).

Sementara itu, Kabupaten Demak merupakan daerah yang terbentuk di antara dua aliran sungai, yaitu Sungai Wulan (gabungan Sungai Lusi dan Sungai Serang) dan Sungai Tuntang.

Debit dan volume sedimentasi kedua sungai tersebut yang menutup Selat Muria Purba secara cepat sehingga menjadi dataran rendah seperti saat ini.

Meskipun demikian, Sungai Wulan lebih berpotensi membawa debit air yang lebih besar daripada Sungai Tuntang karena ukuran Daerah Aliran Sungai (DAS) yang jauh lebih luas akibat bentukan kedua anak sungainya.

“Akibat proses ini, potensi banjir akibat Sungai Wulan jauh lebih besar daripada potensi banjir yang ditimbulkan oleh Sungai Tuntang,” ucap Salahuddin.

Salahuddin menuturkan, hujan deras yang secara terus menerus akan meningkatkan debit air di wilayah hulu Sungai Wulan dan Tuntang.

Akibatnya, banjir ekstrim akan terjadi dan sulit untuk surut selama berhari-hari, seperti yang terjadi sekarang ini.

Baca juga: Viral, Video Semburan Lumpur Disertai Gas di Sebuah Kamar Kota Demak, Apa Penyebabnya?

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com