Framis berpendapat, AI merupakan pendamping manusia dan bisa menjadi pilihan yang bermanfaat bagi orang-orang yang membutuhkan teman.
Kemajuan dalam alat kecerdasan buatan generatif, seperti ChatGPT, telah meningkatkan interaksi antara manusia dan mesin hingga batas yang tidak diduga sebelumnya.
Ia telah mendedikasikan karirnya untuk menyatukan sains dan seni untuk menjalani hubungan yang bermakna.
Selain itu, ia menawarkan dukungan kepada orang-orang yang menghadapi penyakit, disabilitas, ketidakseimbangan gender, atau pengalaman traumatis.
Proyek terbaru ini juga dirancang sebagai alat terapi bagi mereka yang mengalami trauma atau pelecehan, serta mereka yang menghadapi kehilangan orang yang dicintai.
Penggunaan AI dan hubungan manusia-robot bukan lagi fiksi ilmiah, melainkan kenyataan saat ini yang mungkin akan menjadi lebih umum di masa depan.
Masih dari Euro News, ini bukan pengalaman pertama kalinya Framis memasukkan unsur non-manusia ke dalam karya seninya.
Pada tahun 1996, ia menjadi artis pertama yang hidup berdampingan dengan manekin bernama Pierre.
Karya yang dihasilkan, Cinema Solo, terdiri dari 36 foto dan dialog antara Framis dan manekin, yang terinspirasi dari buku Marguerite Duras, La Maladie de la Mort.
Baca juga: Kontroversi AI Generatif dan Dampaknya terhadap Pendidikan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.