Oosit merupakan sel telur belum matang yang nantinya berkembang sampai matang di lapisan luar ovarium.
Kemudian, sel-sel itu disuntikkan ke "induk anjing pengganti” atau surrogate mother yang membawa telur tersebut hingga cukup bulan.
Pakar hak-hak hewan telah menyatakan keprihatinannya mengenai implikasi bioetika ini.
"Beberapa anjing lain harus dikorbankan untuk memenuhi kebutuhan satu pemilik hewan peliharaan," kata Shin Joo-woon, aktivis hak-hak binatang di Korea Animal Rights Advocates.
Di sisi lain, kurangnya transparansi di laboratorium kloning hewan peliharaan juga menjadi sorotan.
Dalam hal ini proses kloning dan jumlah laboratorium yang melakukan prosedur kloning juga menambah kontroversi.
"Undang-undang yang mengatur kloning hewan peliharaan dan menambahkan transparansi dalam proses kloning diperlukan untuk menjalankan prosedur dengan aman," kata Shin.
Baca juga: Kata Media Asing soal Polisi Hentikan Truk Angkut 226 Anjing di Tol Kalikangkung Semarang
Saat ini, UU Perlindungan Hewan tidak memuat klausul yang melarang atau melegalkan kloning hewan.
Meskipun ada undang-undang yang membatasi pengujian pada hewan, kloning untuk alasan pribadi atau komersial berada di luar cakupan peraturan sehingga menempatkan laboratorium yang melakukan kloning pada titik buta hukum.
Para aktivis hak-hak hewan berpendapat, peraturan yang berlaku saat ini juga mempersulit identifikasi laboratorium mana yang melakukan kloning.
“Meskipun undang-undang yang secara khusus menyebutkan kata 'kloning' harus ditambahkan dalam Undang-Undang Perlindungan Hewan, undang-undang terpisah yang melindungi hewan yang sedang diuji untuk alasan komersial juga diperlukan,” kata Han Joo-hyun, seorang pengacara yang melakukan advokasi untuk kloning.
Sementara itu, UU Hewan Laboratorium hanya mendefinisikan pengujian hewan sebagai "pengujian yang dilakukan pada hewan laboratorium untuk tujuan ilmiah, seperti pendidikan, pengujian, penelitian, dan produksi obat-obatan biologis".
Baca juga: Alasan Anjing Takut Suara Petir dan Cara Mengatasinya
Sebelumnya, pada 2005 silam, Profesor Hwang Woo-suk dari Universitas Nasional Seoul bersama tim penelitinya berhasil mengkloning seekor anjing afghan bernama Snuppy.
Saat itu, Hwang dan timnya menerima Guinness World Record karena menciptakan anjing kloning pertama di dunia.
Namun, karir Hwang sebagai profesor berakhir setelah dituduh melakukan penggelapan dan pelanggaran hukum bioetika.
Akan tetapi, hasil kloningnya membantu membuka jalan bagi kegiatan komersial, mulai dari mengkloning anjing pemandu hingga mengkloning ternak seperti sapi perah.
Metode kloning kemudian diperkenalkan sebagai salah satu cara untuk mengatasi sindrom kehilangan hewan peliharaan, seiring dengan bermunculannya laboratorium yang menawarkan layanan kloning untuk anjing, kucing, dan kuda secara global.
Pada 2017, mendiang ketua Samsung Group Lee Kun-hee telah mengkloning anjing pomeraniannya, Benji, sebanyak dua kali, yakni sebagai anak anjing kembar pada 2010 dan sebagai anak anjing tunggal pada 2017.
Pada tahun 2018, penyanyi dan aktris Amerika Barbra Streisand memicu kontroversi ketika ia mengumumkan telah mengkloning anjingnya Samantha menjadi dua anak anjing baru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.