Penyebaran informasi yang tidak terkontrol saat krisis dapat mengakibatkan organisasi mengalami dampak lebih buruk.
Untuk itu, organisasi harus cepat memberikan informasi berupa pernyataan ataupun klarifikasi terkait krisis yang dihadapi kepada pers.
Sebab, salah satu hal yang paling “mematikan” di dunia ini adalah pemberitaan media yang “menggoreng” isu dari suatu krisis. Media massa dapat dikatakan memiliki kekuatan besar dalam mengiringi dan membentuk opini publik.
Jika tidak ada pendekatan dengan media, maka organisasi siap-siap mengalami hal-hal yang lebih buruk lagi.
Namun, di balik keharusan melakukan pendekatan dengan media, organisasi memiliki pilihan lain dengan memanfaatkan media digital seperti media sosial dan website yang dikelola oleh organisasi sendiri.
Pemanfaatan media sosial tidak hanya dilakukan pada saat krisis, tetapi sebelum krisis terjadi organisasi perlu memaksimalkan penggunaan media digital sebagai wadah penyampaian informasi dan komunikasi dengan publik.
Pada saat organisasi diterpa krisis, publik menjadikan media digital yang dimiliki organisasi sebagai referensi mereka.
Pemanfaatan media digital juga diperlukan keterbukaan dan transparansi informasi dari organisasi.
Hal ini berkaitan erat dengan kredibilitas yang dapat berpengaruh pada tingkat kepercayaan masyarakat terhadap organisasi.
Setiap organisasi atau perusahaan besar diyakini memiliki tim manajemen krisis guna merespons dengan segera saat krisis terjadi.
Kendati demikian, peran seorang pemimpin yang menggerakkan setiap elemen organisasi termasuk tim manajemen krisis dalam mengatasi masa krisis.
Pemimpin dapat dikatakan sebagai “mesin penggerak” yang mengoordinasikan setiap elemen dan anggota organisasi untuk mencapai tujuan bersama.
Otto Lerbinger, profesor di College of Communication Universitas Boston mengatakan, dalam situasi krisis, pemimpin harus mampu menilai situasi dengan cepat, sering kali dengan informasi yang terbatas atau berubah-ubah.
Keputusan cepat dari seorang pemimpin membantu organisasi melakukan respons yang cepat pula terhadap krisis.
Lebih lanjut, Lerbinger menyebut pemimpin harus menggali informasi dari berbagai sumber, menerimanya, dan menggunakannya untuk membuat keputusan yang berani, namun terinformasi.