Saat terlibat dalam perdebatan dan memaksa orang lain untuk sependapat, secara alami mereka akan bersikap defensif.
Kondisi ini, menurut Deutschendorf, justru akan menjadi penghalang penyatuan pendapat serta bertentangan dengan upaya persuasif yang sedang coba dilakukan.
Alih-alih memaksakan pendapat, cobalah untuk mendengarkan secara aktif dan biarkan orang lain merasa "mengendalikan situasi" dengan mengajaknya berbicara.
Seorang pekerja dengan EQ tinggi tidak akan mengabaikan masalah yang sebenarnya dapat mereka bantu hanya karena tidak ada dalam deskripsi pekerjaan.
Umumnya, mereka selalu bersedia berbagi waktu dan pengetahuan untuk membantu menyelesaikan permasalahan.
"Mereka memandang perannya sebagai bagian penting dari keseluruhan dan sering kali mencari cara untuk berkontribusi pada organisasi," tutur Deutschendorf.
Baca juga: 10 Tanda bahwa Anda Memiliki Kedewasaan Emosional
Orang-orang dengan kecerdasan emosional tinggi cenderung bergaul dengan individu yang berpikiran positif serta memiliki tujuan dan aspirasi serupa.
Deutschendorf mengatakan, kelompok orang ini akan saling mendukung dan merayakan pencapaian satu sama lain.
"Sebaliknya, orang negatif hanya akan menguras energi. Saat Anda berada di sekitar mereka, lakukan yang terbaik untuk menghilangkan kebisingan dan membatasi interaksi Anda," lanjutnya.
Saat seseorang berbicara, kerap kali ada individu yang perhatiannya terganggu, seperti melirik orang lain atau melihat ponsel dan jam tangan.
Orang dengan EQ tinggi cenderung tidak akan membiarkan apa pun mengalihkan perhatian saat orang lain atau dirinya berbicara.
Perhatian mereka juga masih akan fokus dan tidak teralihkan, sebelum pembicaraan benar-benar selesai.
"Buat orang lain sadar bahwa Anda fokus dengan menghadap mereka secara langsung, tersenyum, dan melakukan kontak mata," kata Deutschendorf.
Baca juga: Tim Bubur Diaduk Vs Tak Diaduk, Penelitian Ungkap Beda Kecerdasan Emosional Keduanya