Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Penyebab Stunting pada Anak-anak?

Kompas.com - 20/11/2023, 13:00 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemerintah saat ini tengah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan stunting di Indonesia.

Dikutip dari laman Kemenkes, berdasarkan Pemantauan Status Gizi 2017, jumlah balita stunting di Indonesia yakni 29,6 persen, melebihi batasan stunting yang ditetapkan WHO yaitu sekitar 20 persen.

Stunting sendiri adalah kurangnya tinggi badan anak jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya.

Namun tak hanya masalah kurangnya tinggi badan, stunting juga bisa menyebabkan masalah lain yakni terganggunya perkembangan otak, metabolisme, dan munculnya berbagai masalah kesehatan lainnya.

Lantas, apa sebetulnya penyebab stunting?

Baca juga: Ramai soal Menu Cegah Stunting Kota Depok, Cukupkah Sop Sawi-Tahu?

Penyebab stunting

Stunting diakibatkan karena anak mengalami kekurangan gizi dalam waktu lama sehingga tinggi badanya lebih pendek dan mengalami keterlambatan berpikir.

Kekurangan gizi dalam waktu lama ini terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1.000 hari pertama kelahiran).

Faktor penyebab stunting biasanya karena rendahnya akses pada makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, serta buruknya keragaman pangan maupun sumber protein hewani.

Faktor ibu dan pola asuh yang terkait, seperti bagaimana pemberian makanan kepada anak, juga berpengaruh.

Penyebab lain dari terjadinya stunting adalah karena adanya infeksi pada ibu.

Selain itu, faktor lain yang bisa menyebabkan stunting yakni kehamilan remaja, gangguan mental ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, serta hipertensi.

Baca juga: Ramai soal Perempuan yang Rutin Konsumsi Tablet Penambah Darah Disebut Bisa Mencegah Anemia dan Stunting, Benarkah?

Sedangkan faktor eksternal penyebab stunting yakni seperti rendahnya akses pada pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih.

Adapun penyebab lain dari stunting yakni sebagai berikut:

  • Kurangnya pengetahuan ibu terhadap pemenuhan gizi sebelum, saat kehamilan dan usai melahirkan
  • Berat badan ibu tidak naik selama hamil atau berat badan kurang dari ideal
  • Anak menderita penyakit yang menghalangi penyerapan nutrisi.

Ciri anak stunting

Ciri dari stunting tidak hanya berupa anak yang memiliki perawakan pendek, karena anak pendek belum tentu stunting.

Dikutip dari laman DPPKBPPPA Pontianak, balita disebut stunting apabila tinggi badan berada di bawah kisaran normal dari standar tinggi badan anak berdasarkan usia saat dua kali pemeriksaan berturut-turut.

Selain itu, sejumlah ciri lain dari stunting yakni:

  • Tumbuh kembangnya lambat
  • Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
  • Berat badan tidak naik bahkan akan cenderung menurun
  • Kemampuan fokus dan memori belajarnya tidak baik
  • Anak cenderung lebih pendiam
  • Fase Pertumbuhan gigi pada anak melambat
  • Dalam jangka panjang, bagi anak perempuan berpotensi telat menstruasi pertama
  • Anak lebih mudah terserang/terinfeksi berbagai penyakit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Tren
Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Tren
Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal 'Muncak' di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal "Muncak" di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Tren
Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Tren
Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Tren
Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tren
Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

Tren
Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Tren
Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com