Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Kelompok Orang yang Perlu Lakukan Tes Cacar Monyet, Tidak Harus Pernah Berhubungan Seksual

Kompas.com - 13/11/2023, 10:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan jumlah kasus cacar monyet di Indonesia mencapai 46 kasus hingga 7 November 2023.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, semua pasien berjenis kelamin laki-laki.

"Total 46 kasus, 35 pasien yang masih isolasi dan 11 pasien yang sembuh dan belum ada kasus perempuan," ujarnya, diberitakan Kompas.com, Selasa (7/11/2023).

Adapun sebaran pasien tersebut ada 36 kasus di DKI Jakarta, delapan kasus di Banten, dan dua kasus di Jawa Barat.

Untuk mencegah penularannya, orang yang berisiko mengidap cacar monyet perlu melakukan tes pemeriksaan penyakit tersebut.

Lalu, siapa saja yang butuh menjalani tes pemeriksaan cacar monyet?

Baca juga: Gejala Cacar Monyet dan Kapan Seseorang Harus Menjalani Pemeriksaan?


Kelompok orang perlu tes cacar monyet

Berikut jenis-jenis orang yang perlu melakukan pemeriksaan cacar monyet untuk mengantisipasi penularan virus tersebut.

1. Orang bergejala

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, orang yang tampak menunjukkan gejala perlu menjalani pemeriksaan untuk mendeteksi cacar monyet.

"Mereka yang punya gejala klinis seperti demam dan ada lenting (bentol) di tubuh," jelasnya kepada Kompas.com, Minggu (12/11/2023).

Gejala penyakit cacar monyet, yaitu:

  • Demam lebih dari 38 derajat celsius.
  • Muncul ruam atau bentol di kulit.
  • Pembesaran kelenjar getah bening.
  • Nyeri otot.
  • Kesulitan menelan.
  • Diare.
  • Radang genital.

2. Orang yang kontak dengan pasien

Terpisah, ahli epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan orang-orang yang melakukan kontak dengan pasien positif cacar monyet juga harus melakukan tes.

"Orang yang tahu dia kontak dengan orang yang sakit (cacar monyet) kemudian mudah merasa tidak enak badan," jelasnya pada Kompas.com, Kamis (10/11/2023).

Dicky menyebut, pemeriksaan perlu dilakukan orang yang pernah kontak dengan penderita cacar monyet dan merasakan gejala penyakit tersebut dalam waktu 45 hari kemudian.

Baca juga: Penularan Cacar Monyet Selain Lewat Kontak Seksual

3. Orang yang melakukan hubungan seksual berisiko

Selain itu, Dicky mengungkapkan, orang yang melakukan hubungan seksual berisiko dalam waktu dua minggu terakhir perlu tes cacar monyet.

Hubungan seksual berisiko ini dapat berupa melakukan hubungan berganti-ganti pasangan.

"Artinya, mungkin melakukan hubungan seksual dengan orang tak dikenal baik itu laki-laki atau perempuan," tambah dia.

Orang yang melakukan hubungan seksual berisiko seperti kelompok lelaki seks dengan lelaki (LSL) juga perlu memeriksakan diri.

4. Pekerja seks komersial dan pasangannya

Ilustrasi ruam penyakit cacar monyet.Shutterstock/Marina Demidiuk Ilustrasi ruam penyakit cacar monyet.
Menurut Dicky, dia juga mengharuskan pekerja seks komersial dan orang yang berhubungan dengannya untuk melakukan pemeriksaan.

Hal ini diperlukan karena kedua kelompok tersebut rawan tertular virus cacar monyet.

Baca juga: Jumlah Kasus Meningkat, Apakah Cacar Monyet Menyebabkan Kematian?

5. Orang terdekat penderita cacar monyet

Di sisi lain, Dicky mengungkapkan pemeriksaan cacar monyet juga perlu dilakukan meskipun orang tersebut tidak berhubungan seksual dengan pasien.

"Orang yang kontak erat dekat (dengan pasien cacar monyet) misalnya orang serumah atau keluarga," lanjutnya.

Meskipun masih teduga cacar monyet, anggota keluarga dan orang di sekitarnya tetap direkomendasikan menjalani pemeriksaan.

6. Tenaga kesehatan

Dicky juga menyebut, tenaga kesehatan perlu mempertimbangkan untuk menjalani tes pemeriksaan cacar monyet.

Ini karena para petugas medis yang berada di dekat atau melakukan kontak dengan penderita penyakit tersebut rawan tertular.

"Tesnya harus mengambil cairan di bagian cacar untuk diperiksa secara PCR (polymerase chain reaction)," imbuh dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Tren
Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Tren
Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

Tren
Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Tren
Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Tren
Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Tren
Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Tren
Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Tren
Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Tren
3 Idol Kpop yang Tersandung Skandal Burning Sun

3 Idol Kpop yang Tersandung Skandal Burning Sun

Tren
Spesifikasi Helikopter Bell 212 yang Jatuh Saat Membawa Presiden Iran

Spesifikasi Helikopter Bell 212 yang Jatuh Saat Membawa Presiden Iran

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com