KOMPAS.com - Lini media sosial diramaikan dengan sebuah restoran di Jepang yang menyuguhkan pelayanan tak biasa, yakni dengan mempekerjakan lansia yang rata-rata telah menderita demensia atau pikun.
Salah satu video yang memperlihatkan suasana restoran tersebut dimuat oleh akun X (Twitter) @cristyjoy pada Kamis (9/11/2023).
Dalam video tampak pelanggan terlihat senang dilayani oleh orang-orang dengan tampilan yang sudah tak lagi muda tersebut.
"I recently saw this video about this. Such a beautiful & heartwarming thing to do (Saya baru-baru ini melihat video tentang ini. Sungguh hal yang indah dan mengharukan untuk dilakukan)," tulis pengunggah.
I recently saw this video about this. ????? Such a beautiful & heartwarming thing to do. ???? pic.twitter.com/1uZXmcY1Ur
— Cristy Joy (@cristyjoy) November 8, 2023
Lantas, bagaimana konsep restoran tersebut?
Baca juga: Alasan Jepang Dijuluki Negeri Matahari Terbit, Begini Asal-usulnya
Nama restoran tersebut adalah Mistaken Orders dan berlokasi di Tokyo, Jepang.
Pemilik restoran ini adalah sutradara televisi Jepang bernama Shiro Ogun, dilansir dari Deccanchronicle (9/11/2023).
Shiro Oguni menciptakan bisnis tersebut untuk mengubah persepsi tentang penuaan dan gangguan kognitif progresif.
Demensia adalah istilah untuk menggambarkan penurunan daya ingat, kemampuan belajar, dan komunikasi. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa kondisi, salah satunya adalah penyakit alzheimer.
Sebagai informasi, Jepang sendiri memiliki jumlah penderita demensia yang terbilang tinggi.
Nah, Mistaken Orders adalah contoh inspiratif tentang bagaimana masyarakat dapat merangkul dan melibatkan individu penyandang disabilitas dalam budaya dan kehidupan sehari-hari.
Lantaran dilayani oleh pekerja yang sudah pikun, maka pesanan dan penyajian terkadang jauh berbeda.
Namun, justru kesalahan-kesalahan inilah yang disukai dan dinanti oleh para tamu atau pelanggan.
Tamu mungkin akan mendapatkan sandwich sebagai pengganti sup yang dipesan, dan mereka tidak menganggap kesalahan ini buruk layaknya jika terjadi di restoran lain.
Pelanggan justru senang, menanti-nanti kesalahan apa lagi yang akan dilakukan oleh staf resto.