Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkes Sebut Orang Kelahiran di Bawah 1980 Lebih Kebal Cacar Monyet, Mengapa?

Kompas.com - 28/10/2023, 18:30 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jumlah kasus cacar monyet Indonesia tembus 17 orang berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Jumat (27/10/2023).

Namun, satu orang sudah dinyatakan sembuh sehingga tinggal 16 kasus cacar monyet yang masih aktif.

Staf Teknis Transformasi Kesehatan Kemenkes Ngabila Salama menyampaikan, jumlah kasus tersebut merupakan akumulasi pada Oktober 2023.

Semua orang yang terkonfirmasi positif cacar monyet adalah laki-laki dengan rentang usia 25-50 tahun.

Mereka tertular virus tersebut melalui kontak seksual dan mengalami gejala ringan.

"Dua kasus di antaranya domisili di luar DKI Jakarta," ujar Ngabila dikutip dari Antara, Jumat.

Meski jumlah kasus mencapai 17 orang, ternyata orang kelahiran di bawah 1980 lebih kebal terhadap cacar monyet.

Berikut penjelasan Kemenkes.

Baca juga: Kemenkes Sebut Belum Ada Obat Spesifik untuk Cacar Monyet, Bagaimana Pengobatannya?

Orang kelahiran di bawah 1980 lebih kebal cacar monyet

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, orang kelahiran di bawah 1980 lebih terproteksi terhadap cacar monyet karena terjadi eradikasi cacar pada tahun tersebut.

"Sehingga sejak saat itu tidak ada imunisasi cacar," ujar Nadia kepada Kompas.com, Sabtu (28/10/2023).

"Sementara ini adalah penyakit yang disebutkan Mpox, masih dari famili atau jenis virus yang sama," sambungnya.

Adapun, Mpox yang disinggung Nadia sebelumnya dikenal dengan monkeypox.

Mpox adalah penyakit yang disebabkan oleh virus monkeypox dan termasuk penyakit zoonosis.

Jenis penyakit tersebut memungkinkan terjadinya penularan dari hewan ke manusia bahkan manusia ke manusia.

Nadia menjelaskan, bila berpatok pada tahun 1980, banyak orang yang berusia di bawah 30 tahun tertular cacar monyet.

Baca juga: Vaksinasi Cacar Monyet Sudah Dimulai, Apakah Akan Bersifat Wajib untuk Masyarakat?

Tidak 100 persen kebal

Meski orang kelahiran di bawah 1980 lebih kebal terhadap cacar monyet, mereka tidak terproteksi 100 persen.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin di Nusa Dua, Badung, Bali tahun lalu.

Ia mengatakan, orang dengan kelahiran di bawah 1980 lebih kebal terhadap cacar monyet karena mereka mendapatkan vaksinasi cacar air yang berlaku seumur hidup.

Vaksinasi cacar air membuat penyebaran virus cacar monyet di Asia sangat rendah dibandingkan dengan Eropa.

Sebab, vaksinasi di Benua Biru tidak dilakukan secara menyeluruh lantaran cacar air cepat hilang.

"Orang Indonesia karena dulu karena pandemi cacarnya masih kena, orang-orang kayak saya itu divaksinasi cacar sehingga masih ada antibodinya," ujar Budi dikutip dari Kompas.com, Senin (22/8/2022) lalu.

"Dengan demikian, diharapkan orang-orang yang lahir dibawa 1980 seharusnya masih ada antibodinya," tambahnya.

Budi juga menjelaskan, tingkat kematian akibat cacar monyet terbilang rendah dibandingkan dengan Covid-19.

Hanya 12 dari 35 orang yang terkena cacar monyet yang meninggal dunia berdasarkan catatan Organisasi Kesehatan dunia (WHO).

Kalaupun penderita cacar monyet meninggal, hal ini disebabkan oleh komplikasi, bukan virus.

"Cacar monyet ada dua tipe yaitu Afrika Barat dan Afrika Tengah, yang satu fatal dan yang satu tidak fatal. Dan biasanya banyak di Eropa dan yang di Indonesia bukan yang fatal," tutur Budi.

Baca juga: 17 Orang Positif Cacar Monyet di Jakarta, Kemenkes Ungkap Cara Mencegah Penularan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Ramai Larangan 'Study Tour' Imbas Tragedi Bus Ciater, Menparekraf: Bukan Salah Kegiatan

Ramai Larangan "Study Tour" Imbas Tragedi Bus Ciater, Menparekraf: Bukan Salah Kegiatan

Tren
50 Instansi yang Sudah Umumkan Formasi CPNS dan PPPK 2024, Mana Saja?

50 Instansi yang Sudah Umumkan Formasi CPNS dan PPPK 2024, Mana Saja?

Tren
Catat, Ini 5 Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

Catat, Ini 5 Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

Tren
BMKG: Wilayah Ini Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 17-18 Mei 2024

BMKG: Wilayah Ini Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 17-18 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Warga Israel Rusak Bantuan Indomie untuk Gaza, Gletser Terakhir di Papua Segera Menghilang

[POPULER TREN] Warga Israel Rusak Bantuan Indomie untuk Gaza, Gletser Terakhir di Papua Segera Menghilang

Tren
Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com