Dalam kasus penelitian di Ghana, disadari bahwa ketulusan dan ketangguhan adalah dimensi paling penting bagi personal branding (Tweneboah-Koduah dan Adusei, 2016).
Studi-studi penting tentang personal branding dalam politik menemukan bahwa personal branding membantu pemilih mengkategorikan kandidat menjadi kandidat pilihan dan kandidat yang tidak disukai (Menon dkk, 1999).
Bagaimana halnya dengan positioning? Semestinya jika personal branding telah terbangun, promosi kepada para pemilih melalui positioning yang sesuai, akan dapat diterapkan dengan efektif.
Positioning yang dalam dunia pemasaran adalah penempatan produk di dalam benak konsumen agar tampak berbeda, unik, dan jelas dibandingkan kompetitor, adalah kunci awal untuk memenangkan hati konsumen.
Bagi para praktisi periklanan dan brand, “perang” yang sesungguhnya terjadi tidak di toko atau supermarket, tetapi di dalam benak konsumen yang dituju.
Hal yang sama semestinya juga terjadi ketika pemilih akan menentukan pilihannya. Siapa capres atau caleg yang akan dicoblos, semua berkecamuk di dalam pikiran.
Dalam dunia bisnis, selain memutuskan segmen pasar mana yang akan ditargetkan, perusahaan harus memutuskan proposisi nilai yang sesuai, yaitu bagaimana perusahaan akan menciptakan nilai berbeda untuk segmen yang ditargetkan dan posisi apa yang ingin ditempati di segmen tersebut.
Dalam dunia politik, hal yang serupa semestinya juga terjadi.
Akhirnya, para caleg dan calon pemimpin lainnya yang akan berkompetisi menarik hati pemilih patut memperhatikan personal branding dan positioning.
Selama ini telah terjadi kesenjangan antara persepsi individu terhadap personal branding seseorang dan penerapan personal branding oleh politisi.
Di satu sisi pemimpin politik dengan ciri-ciri personal branding diterima dengan baik oleh para pemilih. Yang lain mengacu pada kandidat yang sifat-sifatnya bertentangan dengan sifat-sifat yang diharapkan oleh pemilih dalam diri seorang pemimpin.
Idealnya, kampanye positioning akan memperkuat persepsi positif yang akan memudahkan pemilih mengambil keputusan, dibandingkan berupaya mengubah opini yang telah sekian lama terbentuk dan tertanam di dalam benak.
*Dosen tetap Program Studi Sarjana Manajemen, Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Tarumanagara
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.