Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Akan Lagi Sandang Status DKI, Ini Sejarah Singkat dan Lini Masa Jakarta

Kompas.com - 15/09/2023, 07:45 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemerintah berencana menetapkan Jakarta sebagai daerah berstatus khusus setelah ibu kota negara resmi pindah ke Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Dilansir dari Kompas.com, Rabu (13/9/2023), bukan lagi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta (DKI Jakarta), nantinya provinsi ini akan berganti nama menjadi Daerah Khusus Jakarta atau DKJ.

Wacana tersebut diusung dalam rapat internal yang membahas Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang DKJ.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 3 Tahun 2022 tentang IKN, perlu mengganti UU Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Pemindahan Ibu Kota Negara, berdasarkan UU IKN mengubah status Jakarta yang semula 'Daerah Khusus Ibukota' diarahkan menjadi 'Daerah Khusus Jakarta'," ujar Sri Mulyani.

Tak akan lagi menjadi DKI, bagaimana sejarah Jakarta?

Baca juga: DKI Jakarta Gelar Pemutihan Pajak sampai 29 Desember 2023, Simak Ketentuannya!


Riwayat Jakarta telah dimulai sejak prasejarah

Sebelum menjadi ibu kota negara dan salah satu kota terbesar di Indonesia, Jakarta memiliki riwayat yang sangat panjang.

Merujuk Sejarah Kota Jakarta 1950-1980 karya Edi Sedyawati dkk, wilayah yang saat ini bernama Jakarta pernah digunakan sebagai permukiman sederhana pada zaman prasejarah.

Hal tersebut tampak dari sejumlah situs purbakala, seperti Pejaten, Kampungkramat, dan Condet-Balekambang yang terletak di daerah aliran sungai Ciliwung.

Ada pula Bukit Sangkuriang dan Kelapadua yang berada di sebelah selatan perbatasan wilayah DKI Jakarta dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Serta, situs Buni yang berlokasi di sebelah timur perbatasan wilayah Jakarta dan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Baca juga: Pertarungan Gladiator Manusia Vs Singa Pernah Digelar di Stadion Utama GBK, Ini Kisahnya

Dari Sunda Kelapa, Jayakarta, dan Batavia

Dikutip dari laman jakarta.go.id, Jakarta bermula dari pelabuhan kecil di muara sungai Ciliwung, sekitar 500 tahun yang lalu.

Seiring berjalannya waktu, pelabuhan kecil ini bertransformasi menjadi pusat perdagangan internasional yang mempertemukan beragam bangsa dunia.

Barulah pada abad ke-16, sejarah tentang Jakarta dicatat oleh para pengembara Eropa. Kala itu, Jakarta masih disebut sebagai Kalapa, yang merupakan pelabuhan utama Kerajaan Sunda.

Hingga pada 22 Juni 1527, Sunda Kelapa yang saat itu telah menjadi pusat perdagangan Portugis diserang oleh Pangeran Fatahillah dari Demak.

Pangeran Fatahillah kemudian mengganti nama Sunda Kalapa menjadi Jayakarta. Tanggal penyerangan inilah yang hingga kini diperingati sebagai hari ulang tahun (HUT) Kota Jakarta.

Pada abad ke-16, Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) mengambil alih kekuasaan atas Jayakarta dan mengganti namanya menjadi Batavia.

Nama tersebut diambil dari nenek moyang bangsa Belanda, Batavieren.

Lantaran kondisi geografis Batavia serupa dengan Belanda, pemerintah kolonial pun membangun kota dengan kanal untuk melindungi dari ancaman banjir.

Pemerintah kolonial Belanda kemudian mulai membangun pusat pemerintahan, dan memindahkannya ke daratan yang lebih tinggi dengan nama Weltevreden.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi Tanjung Priok 1984, Apa yang Terjadi?

Resmi berganti nama jadi Jakarta

Lambat laun, Batavia mulai menjadi pusat pergerakan nasional di awal abad ke-20 yang ditandai dengan Kongres Pemuda Kedua pada 1928.

Sejak pendudukan Jepang di Indonesia akibat Perang Dunia II pada 1942-1945, Batavia berganti nama menjadi Djakarta atau Djakarta Tokubetsu Shi.

Hingga saat Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, nama Jakarta tetap digunakan dengan meninggalkan istilah atau unsur dari Jepang.

Sejak proklamasi pula, Jakarta telah menjadi pusat kegiatan politik dan pemerintahan pada masa awal kemerdekaan.

Kota ini pun resmi menjadi ibu kota negara pada 1966, yang berkembang pesat dengan pembangunan lokasi bisnis, akomodasi, hingga kedutaan besar.

Baca juga: Jakarta Dulu Wajib Masker karena Pandemi, Kini Ganti karena Imbas Polusi

Lini masa Jakarta

Bermula dari pelabuhan kecil hingga bertransformasi menjadi ibu kota negara dan kota global, Jakarta penuh dengan cerita.

Masih dari laman resmi, berikut lini masa perkembangan Jakarta dari masa ke masa:

  • Abad ke-14: Bernama Sunda Kalapa dan menjadi pelabuhan pusat Kerajaan Sunda.
  • 22 Juni 1527: Penyerangan Pangeran Fatahillah ke Sunda Kalapa yang membuahkan nama Jayakarta.
  • 4 Maret 1621: Belanda mulai membangun pemerintahan kolonial dan mengganti nama Jayakarta menjadi Stad Batavia.
  • 1 April 1905: Pemerintah kolonial Belanda mengubah nama kawasan ini menjadi Gemeente Batavia.
  • 8 Januari 1935: Pemerintah kolonial Belanda kembali mengubah nama menjadi Stad Gemeente Batavia.
  • 8 Agustus 1942: Pasukan Jepang tiba di Batavia dan mengubah namanya menjadi Djakarta Tokubetsu Shi.
  • September 1945: Jakarta menjadi pusat politik dan pemerintahan Indonesia dengan nama Pemerintah Nasional Kota Jakarta.
  • 28 Maret 1950: Pemerintah Republik Indonesia mengubah nama Jakarta menjadi Praja Jakarta.
  • 22 Juni 1956: Wali Kota Jakarta kembali mengukuhkan nama menjadi Jakarta.
  • 18 Januari 1958: Jakarta menjadi daerah otonom dengan nama Kotamadya Djakarta Raya yang berada di bawah Provinsi Jawa Barat.
  • 1959: Jakarta berubah status menjadi Daerah Tingkat Satu (Provinsi) yang dipimpin Gubernur.
  • 1961: Status Jakarta dari Daerah Tingkat Satu resmi diubah menjadi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI).
  • 31 Agustus 1964: Ibu Kota Jakarta Raya resmi menjadi Ibu Kota Negara Republik Indonesia dengan nama Jakarta.
  • 31 Agustus 1999: Status Jakarta kemudian diperbarui menjadi pemerintah provinsi sesuai dengan UU Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta.
  • 30 Juli 2007: Melalui UU Nomor 29 Tahun 2007, Jakarta berganti nama menjadi DKI Jakarta serta mengukuhkan status sebagai daerah otonomi khusus ibu kota.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Tren
Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Tren
Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal 'Muncak' di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal "Muncak" di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Tren
Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Tren
Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Tren
Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tren
Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

Tren
Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Tren
Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com